Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB), Prima Gandhi

Akademisi IPB Bantah Beras Indonesia Termahal di ASEAN

Jumat, 23 Desember 2022 | 15:46 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

BOGOR, GOSULSEL.COM — Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Prima Gandhi menyebutkan fluktuasi harga beras di Indonesia hingga saat ini masih dalam kondisi yang wajar. Bahkan ia membantah jika dikatakan harga beras di Indonesia adalah termahal di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) sebab mengacu Data Global Product Price, harga beras Indonesia berada pada rangking ke 87 dunia dengan harga USD0,77 per kilogram.

“Dari laporan global product price itu, negara dengan harga beras termahal dunia adalah Panama yakni USD4,76 dan termurah adalah Paraguay, hanya USD0,63. Kemudian, negara yang rangkingnya berada di atas Indonesia itu ada negara ASEAN, yaitu Malaysia menempati rangking ke 15 dengan harga berasnya USD2,71, Vietnam rangking ke 80 dengan harga beras USD1,02 dan Singapura menduduki rangking ke 85 dengan harga berasnya USD0,96,” demikian dikatakan Prima Gandhi di Bogor, Jumat (23/12/2022).

pt-vale-indonesia

Mengacu data ini, Wakil Direktur Sekolah Vokasi IPB Kampus Sukabumi ini menegaskan tingkat kevalidan data yang disampaikan Bank Dunia melalui laporan Indonesia Economic Prospect (IEP) edisi Desember 2022 tentu sangat diragukan. Dimana dalam laporan tersebut menyebutkan harga beras di Indonesia dalam satu dekade terakhir menjadi salah satu yang tertinggi di ASEAN.

“Dalam melakukan pendataan harga beras apalagi membandingkan harga antar negara, tidak bisa dilakukan dengan menggunakan kacamata kuda karena banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Kondisi penyebabnya pun tidak sama antar negara. Harus jelas juga jenis beras yang ambil itu, jangan sampai ini juga salah,” tegasnya.

Pria yang akrab disapa Gandhi ini menjelaskan ada beberapa kata kunci yang menyebabkan perbedaan harga beras itu cukup besar. Misalnya jenis long grain, harga beras dari merek terkemuka, data harga dari makanan terbesar.

“Artinya, bisa jadi harga beras yang dicatat Bank Dunia dalam pengambilan sample adalah harga beras premium dan atau beras khusus. Apabila benar seperti itu, maka harga beras tidak terstandarisasi,” tuturnya.

Lebih jauh Gandhi menjelaskan perbedaan harga juga bisa terjadi karena Indonesia merupakan negara kepulauan, bukan kontinental. Indonesia itu beragam, ada wilayah sentra dan non sentra serta budidaya padi itu musiman, yakni ada musim panen raya dan ada musim gadu.

“Sehingga, tiap wilayah, tiap lokasi, kondisi tertentu dan tiap musim itu harga bisa berbeda. Namun fluktuasi harga beras Indonesia hingga saat ini masih dalam kondisi wajar,” tandasnya.(*)


BACA JUGA