
Ahmad Husein, “Diperiksa” Aparat Desa Usai Galang Dana Netizen untuk Jembatan Desanya
Halaman 1
Makassar, GoSulsel.com – Tidak pernah terbayang sebelumnya, keinginan Ahmad Husein untuk memudahkan jarak tempuh petani kala mengolah dan memanen sawahnya sempat membuatnya dipanggil aparat desa.
“Saya baru sadar ini punya imbas atas apa yang saya lakukan untuk menggalang dana pembangunan jembatan,” ungkap Ahmad Husein (30), warga Dusun Mario, Desa Parangmata, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar.

Awalnya, Uceng, sapaan Ahmad Husein, merasakan langsung bagaimana repotnya mengantarkan traktor tanah garapan sawahnya yang memakan waktu sejam. Waktu tempuh ini kian bertambah karena jembatan kecil yang menghubungkan dua area persawahan yang dipisah selokan irigasi persawahan itu kondisinya jadi semakin parah.
“Akhirnya jarak sejam itu makin bertambah karena harus mengitari area persawahan dengan menempuh jalur jalan desa,” tutur pria yang sudah memiliki 3 anak ini.
Ia pun terbersit mendorong masyarakat untuk swadaya membuat jembatan baru. Namun ayahnya, seorang kepala sekolah di desa, agak pesimis.
Halaman 2
“Beliau mengatakan bahwa hal itu sudah pernah ia lakukan tapi warga sudah cenderung pasrah dan sudah malas berinisiatif,” kisah Ahmad saat ditemui di rumahnya di Dusun Mario, Jumat (25/09).
Akhirnya pria yang pernah mengenyam pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang ini pun memanfaatkan kemampuannya soal internet dan manajemen media sosial. Maka lewat blog orangbiasaji.net, ia pun menggalang donasi untuk membangun jembatan yang ditaksir akan menghabiskan biaya sekitar Rp 20 juta.
“Biayanya sih kecil dan keliahatannya terlalu berlebihan sampai harus menggalangnya di dunia maya. Tapi saya menerapkan rule-nya: sumbangan itu batas maksimalnya 100 ribuan, untuk memicu aksi sosial bersama,” urainya beralasan.
Lalu lewat dunia maya, kabar ini pun mulai menyebar dan juga hingga ke media cetak. Wakil rakyat di Kabupaten Takalar yang dikonfirmasi terkait hal itu mengakui bila jembatan tani itu luput dari perhatiannya.
Seperti dikutip dari Koran TEMPO Makassar, edisi 11 September 2015 lalu, Wakil Ketua DPRD Takalar, Hairil Anwar, berjanji memperjuangkan anggaran jembatan itu.
Begitu pula janji aparat pemkab untuk memprioritaskan pembangunan jembatan.
Halaman 3
Rupanya, tersiarnya kabar ini di kalangan netizen dan media massa tentang petani yang menggalang dana untuk pembangunan jembatan tani desa itu sempat membuatnya berurusan dengan aparat desa.
“Aparat desa keberatan karena hal ini tidak dikoordinasikan ke pemerintah desa setempat. Dan informasi yang saya cantumkan dalam blog penggalangan dana itu yang menyebut pemerintah desa tidak berinisiatif sejak awal. Untuk itu, saya memenuhi panggilan kepala desa, menjelaskannya sekaligus meminta maaf kalau itu menimbulkan ketersinggungan,” kenang Ahmad.
Hasil “pemeriksaan” di kantor desa itu akhirnya menghasilkan aksi bersama dengan melibatkan aparat desa dan warga Dusun Mario untuk membangun jembatan.
“Semua ini hanya mengobati keheranan saya. Bagaimanapun saya melek informasi. Saya tahu soal anggaran desa 1 miliar itu. Saya heran bagaimana bisa jembatan kecil tapi bisa bermanfaat besar itu, bertahun-tahun hanya dari sebatang pohon kelapa,” ungkap lelaki yang pernah menjadi pengurus wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Sulsel ini.
Perkembangan terakhir dari aksi galang dana ini, telah terkumpul Rp 3 juta. Para warga dusun pun telah memiliki tim pembangunan dan bersiap melaksanakan pembangunan. Di sisi lain, Camat Galesong mengimbau warga untuk mengawasi penggunaan dana yang dilakukannya di blog.
Halaman 4
“Ya, walaupun merasa dicurigai tapi baguslah kalau diawasi. Cuma sebaiknya Pak Camat juga terlibatlah,” pungkasnya.
Reporter: Irwan AR – Go Cakrawala