Bagian dalam dari Kompleks Makam Pangeran Diponegoro. Di sini, Pangeran Diponegoro dimakamkan bersama keturunannya. (Foto: Andi Dahrul Mahfud/GoSulsel.com)

Makam Diponegoro, Wisata Makam yang Kurang Dihiraukan

Sabtu, 31 Oktober 2015 | 09:02 Wita - Editor: Nilam Indahsari - Reporter: Andi Dahrul Mahfud - GoSulsel.com

Halaman 1

Makassar, GoSulsel.com – Sebagai salah satu peninggalan sejarah, Makam Pangeran Diponegoro masih selalu dikunjungi hingga saat ini. Lokasi makam itu berada di Jalan Diponegoro.

Kini, makam itu dijaga oleh keturunan pahlawan bernama asli Raden Mas Antawirya itu. Seperti yang dilakukan oleh Harto Diponegoro. Harto merupakan turunan ke-5 pangeran asal tanah Jawa itu. Hampir tiap hari ia menjaga kebersihan makam buyutnya itu juga merapikan berbagai tatanan dedaunan dari pepohonan yang tumbuh dalam kompleks makam.

pt-vale-indonesia

“Kalau bukan cucu cicitnya, siapa lagi yang mau merapikan dan membersihkan makam ini? Yah, kita sebagai turunan masih tetap menjaga kelestarian agar pengunjung ziarah juga enak untuk melihatnya,” ujar Harto kepada GoSulsel.com, Rabu (28/10/2015).

Makam yang telah berkurang pengunjungnya dari tahun ke tahun ini berdampak pada pembangunan makam ini. Sebab sebagian dari biaya renovasi diambil dari sumbangan pengunjung dari Jawa yang datang. Sebagian lagi dari hasil kerja keras keturunan Pangeran Diponegoro.

“Yah, paling ramai itu pengunjung dari Jawa saja. Itupun kalau memasuki Hari Raya Idul Fitri. Kalau warga di sini tidak terlalu. Yah, melihat sepintas saja, tidak terlalu memperhatikan makam ini. Terlebih lagi pemerintah yang kurang melirik tempat ini. Adaji biasa, Rp 500 ribu per 3 bulan. Itupun kalau didatangipi,” jelas Harto.

Halaman 2
Makam Pangeran Diponegoro (ujung) dan keturunannya. (Foto: Andi Dahrul Mahfud/GoSulsel.com)

Makam Pangeran Diponegoro (ujung) dan keturunannya. (Foto: Andi Dahrul Mahfud/GoSulsel.com)

Harto yang kesehariannya menjadi sopir angkutan kota ini menjelaskan, dirinya sering menyempatkan waktu untuk tetap memperhatikan makam ini. Terlebih mushalla yang berdiri di sudut area makam.

Kompleks ini dibangun dengan luas lahan 25 meter persegi yang cukup ramai dikunjungi di waktu tertentu. Pengunjungnya antara lain pelajar, sejarawan, serta kalangan keluarga dan cucu yang bermukim di daerah Makassar dan Gowa.

Kondisi peristirahatan ini dulu tak sebaik sekarang. Namun, bantuan justru datang dari Jawa. Pada 1969, Kodam IV Diponegoro memberikan bantuan berupa materi untuk renovasi lalu pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga memberikan sumbangsih agar kompleks pemakaman ini lebih baik.

“Duluji waktu tahun 2007, terakhirmi ada bantuan. Selebihnya yah keluarga saja yang membantu,” ungkapnya.

Kompleks pemakaman ini terletak tak jauh dari pusat kota. Lokasi ini bisa diakses dengan menaiki pete-pete. Untuk masuk ke dalam pemakaman ini, pengunjung tak dikenakan tarif. Namun, di dalam makam itu terdapat sebuah kotak amal yang bisa diisi dengan sukarela.


BACA JUGA