Pulau Lae-Lae
Pulau Lae-Lae. (Foto: waitingroom-april.blogspot..com)

Pulau Lae-Lae & Segenap Potensi yang Kini Lengang

Rabu, 04 November 2015 | 13:30 Wita - Editor: Nilam Indahsari - Reporter: Andi Dahrul Mahfud - GoSulsel.com

Halaman 1

Makassar,GoSulsel.com – Pulau Lae-Lae bagi sebagian orang menyimpan kenangan perjalanan. Pulau kecil yang terletak di sebelah barat Makassar ini dulu sering jadi tujuan wisata para warga.

Namun, seiring berjalannya waktu, pulau yang berjarak sekira 1,5 kilometer ini nyaris tak ada lagi yang meliriknya. Pulau yang bisa ditempuh sekitar 10 menit dari Dermaga Kayu Bangkoa ini sudah sangat kurang pengunjung. Pasalnya, kawasan dan pantainya sudah sangat kotor dan tak tertata lagi.

pt-vale-indonesia

“Di tahun 2000-an, banyak sekali orang yang datang ke sini. Sekarang sudah tidak adami. Terakhir itu tahun 2012 ramai sekali. Rata-rata orang Tionghoa,” ungkap Alimin, warga Pulau Lae-Lae yang juga melayani antar-jemput untuk rekreasi ke pulau-pulau kepada GoSulsel.com, Senin (02/11/2015).

Kondisi miris itu sangat disayangkan. Pasalnya, pulau Lae-Lae punya potensi wisata yang cukup memadai. Di sini terdapat beberapa balai bambu yang ukurannya bervariasi. Fasilitas ini digunakan sebagai tempat berteduh menikmati pemandangan di bibir pantai. Deretan pohon kering dengan pasir putih meski tak selembut pasir Pantai Bira namun tetap sajikan pemandangan elok. Balai-balai ini disewakan dengan tarif Rp 25 ribu hingga Rp 40 ribu sehari.

Bagi wisatawan yang tak membawa bekal, di sana sudah banyak juga warung. Mereka menyediakan makanan dan minuman seperti ikan bakar. Makanan ringan khas Makassar seperti jalangkote, bikandoang, ubi goreng, panada, dan sebagainya juga bisa didapatkan. Usaha kuliner ini digeluti oleh istri-istri nelayan di pulau ini.

Halaman 2
Pulau Lae-Lae

Balai-balai yang terletak di dekat pantai Pulau Lae-Lae. Fasilitas itu kini jarang digunakan karena sepinya pengunjung ke pulau ini. (Foto: Andi Dahrul Mahfud/GoSulsel.com)

Selain menikmati pantai, di Pulau ini juga ternyata punya situs sejarah peninggalan perang. Situs itu berupa sebuah terowongan bawah tanah. Konon, terowongan itu terhubung dengan Fort Rotterdam. Namun, situs ini kurang diperhatikan sehingga sekarang kondisinya tertimbun sampah rumah tangga.

Di pulau yang namanya konon berasal dari warga Makassar beretnis Tionghoa ini (Lae-Lae berarti kemari-kemari) juga bisa jadi tempat menyelam bagi para penggemar olahraga laut. Pengunjung bisa melakukan snorkling di sekitar perairan pulau ini. Lautnya biru pula tak dalam dan bulu babi yang sangat jarang di sekitar pantai bisa menguatkan tempat ini sebagai lokasi berkemah dan menikmati matahari jingga terendam air laut.

Untuk melakukan perjalanan ke pulau kecil ini, kira-kira dapat di tempuh sekitar 10 menit menggunakan perahu motor nelayan dengan tarif Rp 25 ribu per orang dari Dermaga Kayu Bangkoa.

“Sekitar 20 ribu ji itu per orang. Tapi biasanya kita pake tarif 1 kapal langsung minimal 10 orang naik kapal jolloroq. Jadi ada sekitar Rp 200 ribu untuk pergi saja,” kata Alimin, mengalkulasi.