Minuman Santan
Jualan minuman santan milik Rosyid di Jl Ahmad Yani. (Foto: Andi Dahrul Mahfud/GoSulsel.com)

Minuman Santan Merah, Pelega Dahaga Warga Makassar Sejak Tahun ’80-an

Senin, 09 November 2015 | 14:17 Wita - Editor: Nilam Indahsari - Reporter: Andi Dahrul Mahfud - GoSulsel.com

Halaman 1

Makassar, GoSulsel.com – Minuman merah muda ini atau yang biasa disebut minuman santan telah jadi kegemaran warga Makassar sejak tahun ’80-an. Hal ini karena rasanya yang sedikit creamy berkat paduan santan dan susu. Meski diberi perisa dan pewarna minuman, namun minuman ini tetap diserbu oleh mereka yang diterpa panas terik di jalanan, seperti yang sedang berada di Jl Ahmad Yani.

Menurut Rosyid, pedagang minuman yang sudah 20 tahun lebih berkiprah sebagai penjual minuman keliling ini, mengaku, minuman ini dulunya sangat laku dan cukup jadi idola bagi warga Makassar. Salah satu daya tarik yang lain adalah pada gerobak yang menjual minuman ini juga disediakan berbagai macam makanan ringan seperti gorengan dan kue-kue tradisional Sulawesi Selatan dengan harga yang cukup murah.

pt-vale-indonesia

“Minumannya untuk 1 gelas harganya Rp 3 ribu dan kuenya Rp 1 ribu ji per biji,” ujar Daeng Rosyid kepada GoSulsel.com, Minggu (09/11/2015).

Bentuk dari gerobaknya pun cukup sederhana. Minumannya dituangkan ke dalam wadah seperti aquarium. Dan di bagian depan disimpan berbagai macam kue yang dilapisi oleh kaca. Tujuannya agar pembeli bisa melihat secara langsung jajanan ini.

Namun jualan ini mulai ditinggalkan karena banyaknya saingan dengan kemasan yang cukup modern dan lebih steril.

Halaman 2

“Dulunya ini minuman tidak ada yang tidak kenal, apalagi di Sentral. Di situmi tempatnya dulu. Sampai di Karebosi itu dulu menjual beginian. Di sana semua berkumpul penjual es santan. Biasanya orang pulang dari sekolah, belanja, singgah semua di situ sambil duduk-duduk minum es. Biasa juga makan kue. Tapi sekarang tidak adami anak sekolah dan warga yang minum beginian. Cuma supir angkot saja sama tukang becak. Tapi yah saya sadari, minuman ini kalah sama minuman yang dijual di pinggir jalan dengan pembungkus (kemasan) yang lebih bagus,” tuturnya.

Lebih lanjut Rosyid mengatakan, minuman yang dijualnya ini hanya bisa dijual pada musim kemarau saja. Berhubung saat musim hujan, pelanggan sangat sedikit. Dalam seharinya pun, dia bisa mengumpulkan hasil jualan sebanyak Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu dengan berjualan mulai pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore.

“Kalau musim kemarau yah lumayan laku. Tapi kalau musim hujan, aih. Janganmi. Bahkan tidak ada yang laku. Jadi sampinganku itu cuma jual bassang (bubur jagung) setiap pagi,” ujarnya sambil tertawa.

Menurut penjelasan Rosyid, awal mula minuman ini hadir di Makassar tak lepas dari masyarakat Jawa yang cari kehidupan di kota ini.

“Saat itu, warga Jawa menjual minuman ini dengan cara dipikul dengan menaruh bambu di pundak. Dan di bagian ujung itu diikatkan semacam keranjang yang berisi minuman santan dan kue- kue tradisional,” pungkasnya.(*)


BACA JUGA