Salon Jalanan, Tukang Cukur di Makassar, Jalan Mesjid Raya
Deretan tenda yang digunakan beberapa tukang cukur sebagai salon mereka. (Foto: Andi Dahrul Mahfud/GoSulsel.com)

Resapi Angin Sepoi-Sepoi di Tukang Cukur Bawah Pohon Jl Masjid Raya

Kamis, 19 November 2015 | 15:53 Wita - Editor: Nilam Indahsari - Reporter: Andi Dahrul Mahfud - GoSulsel.com

Halaman 1

Makassar, GoSulsel.com – Ketika melewati Jl Mesjid Raya Makassar (samping mesjid Al Markaz Al Islami), maka Anda akan menyaksikan deretan tenda di pinggiran jalan. Tenda-tenda dibangun di bawah pohon rindang, terbuat dari spanduk bekas dan kain. Di sana, para tukang cukur mencari pelanggan.

Salah seorang tukang cukur di bawah pohon itu bernama Sabaruddin (48). Ia telah menyediakan jasa potong rambut sejak sekitar tahun 1996. Sebelumnya, tenda yang ditempatinya adalah tenda yang juga dipakai oleh almarhum ayahnya, Amin Karaeng Rate, pada tahun 1980-an.

pt-vale-indonesia

Kesehariannya, Dg Saba–demikian ia akrab disapa–menjajakan kemampuannya memangkas rambut dengan tarif Rp 15 ribu per-orangnya.

“Kalau cukurki di sini, Rp 15 ribu. Beda dengan cukur Madura yang sekarang sudah Rp 18 ribu per-orangnya. Tapi yah sepadanji. Soalnya mereka kan di dalam ruangan, sedangkan saya di pinggir jalan,” ujar Dg Saba kepada GoSulsel.com, Rabu (18/11/2015).

Kondisi tenda cukur ini bisa dibilang sangat sederhana, cuma mengandalkan beberapa perkakas saja, yakni mesin cukur, cermin, bangku, dan meja sebagai penyangga. Meja itu pula berfungsi menyimpan berbagai alat pangkas rambut seperti gunting dan sisir. Berbeda dengan salon pada umumnya yang menggunakan peralatan canggih.

Halaman 2

Salah satu pelanggan tempat cukur di bawah pohon ini mengungkapkan, meski jasa cukur ini tidak se-modern salon yang ada di luar sana, tapi suasana yang diberikan cukup membuat pengunjungnya merasa betah dan tak terlalu pengap layaknya di dalam ruangan.

“Saya ini mulai dariku kecil cukurma di sini. Padahal di Antangka tinggal. Kusuka di sini karena suasananya beda dari yang lain, tidak pengapki juga. Anginnya sepoi-sepoi. Pokoknya nyamangi,” ujar salah seorang pelanggan tetap Dg Saba, Uya.

Setiap hari Dg Saba yang sudah puluhan tahun menjalani profesinya sebagai tukang cukur itu bisa menghasilkan Rp 70 hingga Rp 100 ribu lebih dalam sehari. Dan jika dihitung dalam sebulan, keuntungan bisa mencapai Rp 3 juta lebih dalam sebulan.

“Yah tergantungji. Paling sedikit yah Rp 3 jutaanlah dalam sebulan,” katanya, sambil tersenyum.

Namun lain halnya saat musim kemarau yang kerap mendapat keuntungan yang berlimpah.

Halaman 3

“Hahahaha. Kalau musim hujan, yah begitumi. Siapa yang mau pergi cukur hujan-hujan ke sini? Jadi begitumi kodong. Tapi kalau masukmi musim hujan biasa diperiksa semuami di mana bocornya itu tenda supaya bisa memangmi ditanggulangi,” katanya.

Setiap tahun, Dg Saba kerap kedatangan hari baik di kala musim hujan ataupun sepi. Biasanya tukang cukur ini mendapat orderan dari SPN (Sekolah Polisi Negara) Batua Panaikang untuk mencukur para calon anggota Polri dan saat itu pula bisa menutupi hari-hari berikutnya.

“Biasami juga itu ada panggilannya orang SPN Batua untuk mencukur. Biasanya calon polisi semua diminta untuk dicukur di sana. Kalau begitumi, alhamdulillah karena bisami ditutupi beberapa hari. Jadi bisaki istirahat di rumah,” katanya.

Dari profesinya sebagai jasa tukang cukur di Jl Mesjid Raya, Dg Saba mampu memenuhi kebutuhan keluarganya dan menyekolahkan anaknya.(*)


BACA JUGA