(Foto:httpwww.japantimes.co.jp/Seorang laki-laki di Kajang memotong bambu di hutan Kajang)

Menangkap Makna Kamase-masea di Kawasan Adat Tana Toa Kajang

Minggu, 15 Mei 2016 | 13:42 Wita - Editor: Irwan Idris -

Bulukumba, GoSulsel.com – Orang Kajang menempati sebuah kawasan di pedalaman Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba. Orang Kajang merupakan entitas komunal yang hidup dengan prinsip harmonisasi alam dan ajaran leluhur tentang kesederhanaan hidup manusia yang dikenal dengan prinsip Kamase-masea.

Kawasan adat Kajang terbagi ke dalam dua wilayah, yakni Kajang dalam dan Kajang luar. Kacang dalam menempati lokasi adat yang disebut Kawasan Adat Tana Toa Kajang. Komunitas adat ini dipimpin oleh seorang yang bergelar Ammatoa ri Kajang. Peran Ammatoa selain sebagai pemimpin masyarakat Kajang, juga sebagai simbol tertinggi dari nilai-nilai spiritual suku Kajang.

Sejak dulu hingga sekarang, suku Kajang selalu berpegang teguh pada ajaran leluhur. Berdasarkan ajaran itu, masyarakat suku Kajang harus selalu menjaga keseimbangan hidup dengan alam dan nilai-nilai yang ditanamkan sejak dahulu kala, yakni ajaran hidup sederhana.

Bagi orang Kajang, modernitas juga dianggap sebagai pengaruh yang dapat menyimpang dari aturan adat dan ajaran leluhur sehingga mereka tidak mudah untuk menerima pengaruh dari luar kebudayaan mereka.

Bagi masyarakat Ammatoa khususnya yang bermukim di dalam kawasan adat, konsep hidup kamase-masea adalah bentuk kehidupan yang ideal. “Hidup Kamase-masea adalah cara khusus komunitas Ammatoa di dalam mempertahankan kelangsungan hidup kelompoknya dan di dalam melestarikan nilai-nilai yang mereka jadikan pedoman hidup,” Terang Yusuf Akib dalam bukunya Potret Manusia Kajang yang diterbitkan tahun 2003.

Pada banyak hal tersebut, masyarakat kota mestinya belajar banyak hal dari pemahaman dan prinsip-prinsip hidup suku Kajang. Termasuk Makassar, kota metropolitan yang mengusung cita-cita menjadi ‘Kota Dunia’ namun memiliki kecenderungan membangun kota, tanpa pertimbangan matang akan kelestarian alam. Pun dalam kedirian manusia modern, yang selalu merasa kekurangan hingga hilang dalam terabas alienasi.(*)


BACA JUGA