Deru Bara dari Pandai Besi di Kampung Batu-Batu Pangkep
Pangkep, GoSulsel.com — Batu-Batu adalan nama sebuah kampung di pedalaman Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep). Selain areal persawahan yang kemuning di pertengahan tahun, di kampung yang dianugerahi sore yang teduh ini juga terdapat pandai besi yang menempa logam hanya jika ada pesanan.
Jalan kampung yang masih belum mulus itu kerap dilintasi beberapa bendi yang mengangkut berkarung-karung gabah dari hasil pertanian di kampung sekitar.
Sore itu, deru percikan api beradu dengan dentuman palu besi memekik di antara rerimbun pohon bambu.
Dari pekarangan belakang rumah Agus yang sepoi-sepoi, ia bersama rekannya, Saban, bergantian mendentum besi pipih yang akan dibuat jadi sebilah parang. “Parang ini pesanannya orang, karena kita tidak pernah jual di pasar, cuma bikin kalo ada pesananji,” cerita Agus pada GoSulsel.com, Selasa (17/5).
Agus telah menjadi pandai besi (panre bessi) sejak tahun 1993. Setiap hari, ia mampu membuat maksimal lima buah hasil tempaan besi. Baik itu parang, pisau, maupun badik.
“Setiap hari saya bisa bikin paling banyak lima barang, itu dari pagi sampai sore berdua sama Saban,” terangnya.
Besi hasil tangan Agus dipesan oleh berbagai kalangan dari daerah yang berbeda-beda. “Ada yang dari merauke (sembari memperlihatkan sebuah parang), ada dari Mamuju sama Sulawesi tengah juga, “ jelas Agus.