Merantau, Spirit Manusia Bugis-Makassar Menaklukkan Tanah yang Lain
Makassar, GoSulsel.com — Suku Bugis-Makassar, dikenal gemar mengembara. Keturunan suku Bugis-Makassar bertebaran di seantero nusantara, bahkan hingga ke belahan bumi yang jauh dari tanah sulawesi.
Di sepanjang zamrud khatulistiwa, hampir setiap wilayah terdapat komunitas-komunitas suku Bugis-Makassar sejak ratusan tahun lalu. Hal ini bisa kita telusuri dari fakta sejarah hingga membentuk satu prinsip hidup manusia Bugis-Makassar, merantau.
Sejarah mencatat awal mula diaspora manusia Bugis-Makassar di berbagai wilayah di nusantara hingga ke beberapa negara Asean. Sejak kekalahan kerajaan Gowa oleh pasukan Belanda, Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya. Perjanjian tersebut pada dasarnya adalah bentuk pengakuan kerajaan Gowa atas monopoli kekuasan VOC Belanda di tanah para Karaeng.
Namun, banyak pihak, baik dari masyarakat bawah hingga golongan bangsawan yang menolak tunduk pada VOC Belanda. Dengan jiwa berontak yang masih membara, ratusan hingga ribuan orang Bugis-Makassar meninggalkan tanah sulawesi dengan menggunakan armada-armada kapal Phinisi untuk melanjutkan perjuangan melawan penjajahan di tanah yang lain. Mereka bergabung ke dalam pasukan-pasukan kerajaan di pulau jawa, utamanya.
Selain jiwa manusia Bugis-Makassar yang menolak tunduk pada penjajahan kala itu, faktor perdagangan juga memiliki andil besar dalam persebaran etnis Bugis-Makassar. Seperti yang dituturkan Christian Pelras, peneliti dan penulis dari eropa.
”Orang Bugis sebenarnya bukan pelaut, tpai pedagang. Yang lebih pantas disebut sebagai pelaut adalah orang Mandar. Namun, yang kemudian membuat orang Bugis terkenal sebagai pelaut karena dalam berdagang, mereka banyak menggunakan jalur laut. Mau tidak mau, agar sukses sebagai pedagang, mereka juga harus menguasai jalur laut. Makanya mereka terkenal tangguh di laut,” ungkap Pelras dalam buku ‘The Bugis’.