Pandangan Mata Sejajar Awan di Puncak Bukit Lappalaona Barru
“Jadi untuk menikmati panorama alam di sana, kita akan melalui tiga jenis jalan tadi, namun kondisinya jalan yang rapat sehingga bisa dilalui dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat, terkecuali kalau kondisinya sedang hujan, kondisi jalan akan berubah menjadi licin,” jelasnya.
Bukit itu berjarak sekitar 100 meter dari pemukiman warga. “Jadi di atas tidak ada pemukiman, yang ada hanya hamparan bukit saja,” kata Herman.
Herman menuturkan, di atas Bukit tersebut juga terdapat ceruk berbentuk danau, yang masyarakat sendiri, hingga saat ini, belum tau asal muasal air tersebut. Air itu sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, dan hingga saat ini belum pernah kering.
“Karena kondisi airnya yang tidak pernah kering, sehingga kerap dijadikan warga setempat sebagai tempat kubangan kerbau,” tuturnya.
Dia juga berharap, agar pemerintah Kabupaten Barru segera memikirkan objek wisata tersebut. Karena ketika ditata dengan baik, dengan sejumlah penawaran panorama alam, maka bisa mendatangkan penghasilan tambahan bagi warga. “Kami kan di sana hanya bekerja sebagai petani, sehingga dengan kehadiran itu ketika ditata dengan baik, bisa menjadi penghasilan tambahan buat kami,” harap Herman.
Anggota Komunitas Solider 08, Echa Anas, mengaku puas dengan panorama alam yang ditawarkan di lokasi tersebut, apalagi bukan hannya panorama alam bukit itu saja, namun ada pohon pinus yang siap mendinginkam suasana kala berkendara menuju bukit.
“Kalau kita balik siang, enaknya beristirahat dulu di pohon pinus, sambil menikmati suasana sejuknya pohon pinus, kemudian dilanjutkan menuju ke Bukit Lappalaona, kala sore hari karena kondisi cuaca yang sudah mendung, hingga bisa menikmati indahnya kabut sore,” terangnya.
Dia mengaku, perjalanan yang ditempuh dengan segala medan, bisa terbayarkan dengan panorama yang ditawarkan bukit tersebut. “Indah sekali di sana, seakan rasa capek dalam perjalanan hilang seketika di lokasi tersebut,” ungkap Echa.(*)