Jadwal Pelaksanaan Ma’nene, Upacara Adat Membersihkan Mayat di Toraja
Toraja Utara, GoSulsel.com — Apa jadinya kalau Anda berjalan di tengah jejeran peti mati dalam keadaan terbuka, sementara mayat-mayat yang sebagian besar masih utuh terbaring di peti tersebut? Kalau di dalam film-film mungkin menyeramkan. Tetapi di beberapa kampung di Toraja, ini adalah hal yang biasa, sebuah tradisi turun temurun yang syarat makna bernama Ma’nene’.
Ritual Ma’nene adalah suatu bentuk penghargaan kepada leluhur atau orang yang sudah meninggal dengan cara membersihkan dan mengganti pakaian mayatnya. Ma’nene selalu dilakukan pada bulan Agustus, sekali dalam tiga tahun.
Bulan Agustus dipilih sebagai bulan pelaksanaan ritual Ma’nene’, sebab pada bulan ini para petani telah selesai melaksanakan panen di sawah dan ladang.
“Biasanya dilakukan setiap 3 tahun sekali dan biasanya dilakukan pada bulan Agustus, karena upacara Ma’nene’ hanya boleh dilaksanakan setelah panen dan umumnya musim panen jatuh pada bulan Agustus,” ucap Papa Moge, Kepala Kampung di Pangala’, Biringallo, Toraja Utara, yang dipercaya memimpin upacara ritual Ma’nene.
Menurut Papa Moge, orang Toraja sejak dahulu percaya bahwa ritual Ma’nene’ yang dilakukan sebelum masa panen akan membuat petani dan pekebun mengalami musibah gagal panen.
“Konon kepercayaan masyarakat adat Toraja yang sudah turun temurun percaya, jika ritual Ma’nene dilakukan sebelum masa panen, maka sawah-sawah dan ladang mereka akan mengalami kerusakan yang biasanya diserang oleh hama dan dimakan tikus,” jelas Papa Moge kepada GoSulsel.com, Senin (31/8).
Di pagi hari pelaksanaan ritual Ma’nene’, masing-masing rumpun keluarga datang ke Patane, yakni kuburan keluarga yang dibangun seperti rumah dengan ukuran kecil. Sebagian warga bekerja untuk mengurus mayat dan sebagian pula mengolah makanan.