Dosen Unhas Raih Juara Pertama Penelitian Internasional di Jerman
Penelitiannya yang dilakukan selama setahun inilah yang menjadi faktor Dara Makassar 2009 ini meraih penghargaan juara satu tingkat internasional.
“Nah , ternyata di dunia pun seperti itu, jadi penelitian saya di negeri Belanda yang merupakan pusat rujukan kasus vaskular malformasi. Di Indonesia juga sudah banyak kasus yang dilaporkan terapinya jadi tidak efektif karena tidak spesifik Jadi ada 2 dokter (klinis dan pathologist) mereka kan memberikan diagnosis masing-masing dan itu 55.7% berbeda dan dua-duanya ada salahnya masing-masing,” ungkapnya.
Oleh karenanya, hasil penelitian Amalia, mahasiswi S3 Academisch Medisch Centrum, Universitiet Van Amsterdam ini menjadi rekomendasi untuk pembuatan prosedur diagnosis international untuk kasus pasien vaskular malformasi karena beda subtipe diagnosis akan mengarah ke beda terapi.
“Harapan saya cuma satu, kedepannya kasus-kasus vaskular anomali bisa lebih diperhatikan di Indonesia, tidak ada lagi diagnosis yang tidak tepat atau kurang spesifik dan semua dokter yg menangani kasus-kasus ini bisa lebih perhatian terhadap penerapan klasifikasi internasional agar semua bisa berjalan dengan selaras sejak pasien masuk rumah sakit sampai pada terapi penanganan pasien tersebut,” harap Amalia. (*)