Surat Terbuka Untuk Imam Nahrawi Soal Makassar Batal Tuan Rumah Kongres PSSI
“Kepada Imam Nahrawi,
Assalamualaikum, Pak Imam. Saya berharap pagi ini Anda tidak sedang flu. Televisi menampilkan Anda sedang di Bandung, kemarin. Di bawah terik matahari, menekan tombol yang menandai dimulainya Peparnas. Jika tak cukup vitamin, virus sungguh musuh.
Saya seseorang di Makassar. Hari ini harusnya saya di bandara, memelototi satu per satu wajah yang muncul dari pintu kedatangan. Ratusan orang yang selama ini saya lihat di siaran-siaran sepak bola, akan berkunjung ke kota kami. Saya paling menantikan Kurniawan Dwi Julianto. Sebuah tongsis sudah saya siapkan untuk itu. Fotonya akan saya pajang di ruang tamu. Dalam frame yang mungkin 5 atau 10 R.
Tetapi semua batal. PSSI tidak jadi berkongres di Makassar. Keringat anak-anak muda yang menjadi panitia, sia-sia adanya. Karpet merah digulung. Kebanggaan yang kami rencanakan berubah jadi kecewa. Koran-koran yang menyediakan space di halaman satu mesti mengubah listing.
Nama Anda, Imam Nahrawi, lalu menjadi yang paling ramai diketik di Google. Orang-orang penasaran sosok hebat itu. Yang hanya seorang diri tetapi sanggup mem-veto keputusan yang lahir dari banyak kepala.
Kalau boleh tahu, apa alasan Anda sampai tak rela kebangkitan PSSI dirancang dari Makassar? Tetapi saya berharap bukan karena saat datang ke sini, 20 Agustus lalu, Anda tak diajak makan coto. Apalagi, UNM yang mengundang Anda siang itu konon tetap menyediakan barongko dan segala penganan yang sanggup membuat Anda ingin datang lagi. Termasuk pisang epe.