(FOTO: Pedagang asongan Pasar Kalimbu, Makassar/Jum'at, 28 Oktober 2016/Andi Nita Purnama/Gosulsel.com)

Diminta Bayar Los Rp 20 Juta, Pedagang Asongan Pasar Kalimbu Makin Pilu

Jumat, 28 Oktober 2016 | 14:04 Wita - Editor: Irwan Idris - Reporter: A Nita Purnama - GoSulsel.com

Makassar, Gosulsel.com — Denyut ekonomi Kota Makassar, tidak bisa dipisahkan dari aktifitas pedagang di pasar-pasar rakyat. Kala pasar rakyat dimodernisasi, seketika itupula dampak sosial-ekonomi menghantam pedagang dengan modal seadanya, seperti yang terjadi pada pedagang asongan di Pasar Kalimbu, Makassar. Saat pendapatan sehari-hari hanya cukup untuk bertahan hidup, mereka lalu makin pilu dengan kewajiban membayar los seharga Rp20 juta.

Hal ini terjadi pada PK5 yang kerap mangkal di sekitaran Pasar Kalimbu, Makassar. PK5 yang berjejeran di Jl Bayam, Jl Mentimun, Jl Kubis, dan beberapa lorong lainnya terpaksa harus bertahan meskipun telah dilakukan penggusuran dan rencana relokasi PK5.

pt-vale-indonesia

Penggusuran itu memang tidak dilakukan tanpa perencanaan. Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar melakui PD Pasar telah menyiapkan los dalam pasar bagi PK5.

Salah satu pedagang, Dg Saleh mengaku dirinya tidak mampu membayar harga los yang disediakan sebesar Rp 20 Juta.

“Disuruh masuk di dalam pasar, ada los yang sudah disediakan tapi harganya itu menurut saya, kalau saya pribadi tidak sanggup tapi kan banyak pedagang di sini, Rp 20 juta itu uang besar,” ujar Dg Saleh, Kamis (27/10/2016).

Sementara itu Dg Sila, penjual sayur di sekitaran Pasar Kalimbu mengaku dirinya tidak rela meninggalkan lapaknya untuk masuk ke dalam pasar dengan harga los Rp 20 Juta.

“Di dalam itu hanya 35 los sedangkan pedagang banyak, ukuranya 2 meter, tapi katanya mau dibagi dua lagi, di mana mau disimpan barangta, harganya lagi Rp 20 Juta,” ujar Dg Sila.

Senada dengan Dg Sila, Hasniati mengatakan, sebagai pedagang asongan tidak akan masuk akal jika lebih besar pasak daripada tiang.

“Berapa tonji didapat kodong, itu saja retribusi Rp 5 ribu dan pembayaran kebersiahan Rp 5 Ribu. Rp 10 Ribu itu kodong nasulit sekalimi dirasa dibayar,” urai Hasniati menggambarkan kondisi ekonomi keluarganya.(*)


BACA JUGA