Dua Puluh Perempuan Bugis Tampilkan Tari Pajaga Makkunrai di Istana Negara
Jakarta, Gosulsel.com — Malam peringatan Hari Sumpah Pemuda bertema “Nusantara Berdendang” di Istana Negara, Jakarta, Jum’at, (28/10) malam kemarin, memberi kesan istimewa bagi dua puluh orang penari asal Sulawesi Selatan. Kedua puluh penari perempuan ini menampilkan tarian Bugis Pajaga Makkunrai di hadapan Presiden RI, Joko Widodo.
Ida El Bahra Art Management, rumah tari dan kesenian yang beralamat di Jalan Bontoduri 2, Griya Harapan 2 No.33 Makassar, bersama sembilan kelompok tari dari berbagai daerah di Indonesia, diundang oleh pihak Istana untuk tampil di gelaran Nusantara Berdendang.
Ira Fitrya Ali Imran, seorang dari kedua puluh penari mengungkap rasa bangga bisa menari di Istana Negara disaksikan pula oleh orang nomor satu di negara ini. Meski, ini bukan kali pertama ia menari di sebuah Istana. Sebelumnya ia bersama Kedatuan Luwu, Sulawesi Selatan, pernah diundang menampilkan tarian Luwu di Istana Selangor Malaysia dan Malay Heritage Singapore.
“Sebuah kebanggaan yang luar biasa bisa tampil langsung di depan presiden dan wapres,” ucap alumni Universitas Negeri Makassar ini pada Gosulsel.com, Sabtu (29/10).
Tari Pajaga Makkunrai yang ditampilkan bertujuan untuk memperkenalkan tarian Bugis ke pentas nasional. Sebab, menurut Ira, selama ini masyarakat nusantara hanya mengenal tari Pakarena dari Makassar.
“Menarikan tari Pajaga Makkunrai merupakan bentuk pelestarian tari tradisi dari Bugis. Masyarakat pada umumnya selama ini hanya mengenal tarian Pakarena dari Sulsel, padahal bukan cuma itu tapi ada beberapa tarian dari daerah Bugis, salah satunya tari Pajaga Makkunrai,” tutur mahasiswi Pascasarjana Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini.
Pajaga Makkunrai dalam bahasa Bugis berarti pelindung/penjaga perempuan, tari ini berasal dari Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, dan telah ada sejak masa pra-Islam. Dalam sinopsis Tari Pajaga Makkunrai oleh kelompok El Bahra Art Management, diungkapkan bahwa pada zaman dahulu tari ini hanya dimainkan oleh kaum bangsawan di dalam istana.
Tari Pajaga yang dilakukan oleh kaum perempuan ini bukan hanya gerak biasa yang dilakukan semalam suntuk, sebab pada setiap gerak ritmis tubuh penari mengandung makna spiritual.(*)