Angka Survey dan Fantasi Kemenangan Pilkada
Gosulsel.com — Banyak yang kemudian tertipu oleh angka-angka survey berupa tingkat popularitas dan elektabilitas. Pun begitu banyak calon yang kemudian memendam kekecewaan yang teramat sangat pasca kalah karena merasa dibohongi oleh angka-angka survey. Siapapun memahami, bahwa angka-angka yang dihasilkan lewat proses survey memang tak bisa dipercaya sepenuhnya. Namanya saja survey, artinya proses penelitiannya menggunakan cara ilmiah yang tingkat kesalahannya tidaklah zero.
Persoalannya, ada banyak kandidat yang kemudian terlena dan sangat memercayai angka-angka manis yang disodorkan oleh tim survey-nya. Angka-angka fantastis terus menjadi pegangannya dan menjadi bunga-bunga tidur hingga kemudian hancur lebur ketika penghitungan suara berakhir.
Penentu sesungguhnya siapa pemenang dalam pilkada adalah faktor kekuatan jaringan dan faktor infrastruktur tim. Dua hal yang mempengaruhi kedua faktor ini adalah militansi jaringan dan kelengkapan infrastruktur yang mencapai strata terendah pemilih. Dengan kekuatan jaringan yang dimiliki maka seorang kandidat bisa dengan mudah menjangkau pemilih.
Jaringan yang lengkap membuat sang kandidat bisa memengaruhi arah berpikir dan bertindak pemilih. Jaringan yang loyal dan rapi membuat seorang kandidat bisa mengirimkan apa saja ke pemilih. Hal inilah yang kemudian mengonfirmasi mengapa banyak kandidat yang sebelumnya sangat bagus popularitas dan elektabilitas pada survey tetapi kemudian terkalahkan di akhir penghitungan suara.
Sebuah berita baik tentang citra seorang kandidat akan mudah memenuhi ruang-ruang kosong pemilih karena tersampaikan dengan cepat lewat kekuatan jaringan dan infrastruktur. Demikian pula ketika strategi kontra kampanye hitam akan dilakukan. Black campaign and negative campaign akan dengan mudah terpatahkan dengan sistem jaringan yang rapi dan militan. Inilah bedanya ketika kemudian penetrasi pencitraan dilakukan dengan mengandalkan serangan udara misalnya lewat media sosial. Serangan udara dipastikan tak akan bisa melakukan covering total terhadap ruang-ruang kosong pemilih.
Dalam konteks Pemilihan gubernur (Pilgub) Sulsel, maka kekuatan jaringan akan menjadi penentunya. Siapa yang menguasai infrastruktur, mampu mengendalikan para pengambil keputusan di tingkat terbawah pemilih seperti tokoh masyarakat, agama, pemuda, dan wanita serta ketua-ketua RT/RW, maka dialah yang punya potensi menang. Apalagi kemudian jika ada calon yang mampu mengendalikan secara penuh para kepala daerah, para raja-raja kecil di daerahnya.
Nurmal Idrus – Direktur Nurani Strategic