
Pemuda Dalam Pentas Demokrasi Kebangsaan
Gosulsel.com — Dalam dinamika kehidupan sosial, pemuda adalah identitas yang sangat unik dan susah untuk ditebak kehendaknya. Pemuda telah lahir sebagai fitrah yang seakan dipaksa oleh realitas sosial untuk menjadi lokomotif perubahan.
Hal tersebut digambarkan oleh realitas masa lalu dan ditegaskan oleh lembar sejarah yang ada, bagaimana eksistensi pemuda dalam mengawal segala bentuk perubahan; dari masalah politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Jika kita sedikit membuka catatan sejarah untuk mengetahui peran pemuda di masa lampau, sangat terang sekali kita menyaksikan bahwa pemudalah yang mendominasi pergolakan pemikiran hingga terbentuknya suatu perubahan. Sejarah membuktikan itu, bahwa pemudalah yang telah menjadi aktor atas lahirnya rekayasa sosial dari fase ke fase.
Terbukti dengan adanya beberapa tokoh pemuda yang sampai saat ini menjadi inspirator dalam melakukan gerakan perubahan. Seperti, Che Guevara di Amerika Latin, Mao zedong di Cina, di India Vevai Kanada sampai di Indonesia, ada Tan Malaka, Bung Karno, Syajhir, dan masih banyak lagi yang tak bisa disebutkan satu persatu.
Kehadiran kaum pemuda dalam pentas sejarah telah tercatat sebagai lokomotif perubahan di dalam negaranya masing-masing, sekaligus menjadi promotor demokrasi dan mengangkat derajat dan martabat rakyat yang statusnya pada saat itu ada dalam bayang-bayang kekuasaan yang feodalistik. Rakyat yang berada dalam hegemoni penjajah dapat terselamatkan oleh kaum pemuda.
“Rakyat yang berada dalam hegemoni penjajah dapat terselamatkan oleh kaum pemuda”
Namun, yang perlu diketahui dari kemampuan pemuda dalam mengkonstruk sebuah perubahan pada masanya adalah tidak terlepas dari cara pandang pemuda serta konsistensinya dalam mengawal sebuah nilai yang di cita-citakan. Nilai yang dicita-citakan itu adalah nilai manusiawi bukan nilai material, seperti membebaskan manusia dari perbudakan dan kebodohan.
Bukan cuman nilai itu pula yang membuat pemuda untuk bangkit melawan tirani, namun mereka juga memiliki pandangan politik yang cukup tajam sehingga mereka bisa menganalisis sejauh mana arah politik tersebut jika kekuasaan itu masih memiliki sifat oligarki.
Sudah menjadi barang tentu, integritas dan semangat dari pemuda di masa lampau harus diambil kembali oleh pemuda dewasa ini untuk dijadikan sebagai bahan renungan kita semua. Kenapa integritas dan semangat itu harus dimiliki oleh pemuda karena integritas adalah prinsip untuk menegaskan bahwa pemuda itu masih memiliki marwah berfikir untuk menopang semangat yang masih berapi-api dan itu juga penegasan indentitas kita sebagai penanggung jawab di zaman sekarang.
Sekarang struktur sosial, watak budaya, dan arah ekonomi telah berubah. Perubahan tersebut terasa dengan sangat cepat. Karena perubahan yang cepat itu terasa dunia bagai dilipat-lipat. Dan memang harus diakui bersama bahwa tugas pemuda hari ini lebih berat dari pada tugas mereka yang dulu. Sebab, hal yang perlu pemuda lakukan dewasa ini, adalah bagaimana berpartisipasi dalam konsolidasi demokrasi dan mendorong secepatnya agar demokrasi berjalan seperti apa yang diamanatkan dalam konstitusi bernegara kita.
Peran Politik yang perlu bersama-sama kita jalankan di era sekarang juga tidaklah terlalu mudah karena yang akan dihadapi adalah kelompok-kelompok yang diback-up oleh kepentingan asing yang tentu disokong dengan kekuatan finansial yang cukup untuk membiayai dana politiknya.
Kita mesti sadari bahwa kehadiran pemuda dalam model politik seperti ini sangat berat, apalagi pemuda tidak memiliki biaya politik untuk memobilisasi massa. Memang tidak bisa dipungkiri dalam menyukseskan agenda perubahan kita membutuhkan anggaran, tetapi jika anggaran itu mejadi penghambat atau menjadi tantangan pemuda dalam mendorong perubahan, maka hanya ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan. Pertama, menempuh jalan pragmatis sehingga dapat memiliki anggaran yang banyak untuk modal politik. Kedua, tetap berpegang teguh pada nilai integritas yang kita pegang sekarang agar bisa independen dalam mendorong perubahan.
“Kita mesti sadari bahwa kehadiran pemuda dalam model politik seperti ini sangat berat”
Memang dalam fakta politik di Indonesia yang dialami saat ini sangat bertentangan dengan ensensi politik yang sebenarnya. Cita-cita politik berdasarkan definisi yang sebenarnya maka istilah politik ini lahir untuk menyelesaikan permasalahan sosial bukan untuk menimbulkan persoalan baru di tengah masyarakat.
Jadi, apabila politik tidak tidak bisa menyelesaikan masalah sosial berarti hakikatnya politik ini dipelintir oleh pelaksana politik dan etos politik yang berwatak manusiawi akan hilang. Apabila etos politik ini hilang maka sudah pasti segala cara akan dipraktekan oleh para pelaku politik dan akan membawa bencana sosial seperti apa yang dikatakan oleh Hobbes dalam teorinya Homo Homini Lupus (Manusia akan menjadi musuh bagi manusia yang lain).
Untuk itu, penulis berharap bahwa sudah saatnya pemuda dewasa ini tidak hanya sekedar bernostalgia dengan ketokohan para pendahulunya. Sebab hal yang pantas dilakukan sebagai pemuda dalam kondisi kekinian adalah berhenti bornosatalgia dengan ketokohan mereka, karena meraka sudah mengakhiri masanya dan saat ini perjuangan dan semangat itu mestinya telah terwariskan kapada kita.
Setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya. Artinya, sekarang adalah pemuda saat ini untuk mengawal agenda perubahan. Pemuda sebagai pemilik zaman bertanggungjawab penuh atas terwujudnya masyarakat adil makmur. Pemuda sebagai lokomotif perubahan mesti terus melibatkan diri dalam konsolidasi demokrasi.
Untuk mendorong agar demokrasi ini bisa berjalan dengan baik dan sesuai cita-cita pendahulu, maka peran pemuda sangat dibutuhkan untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan bersama. Saatnya pemuda harus memutus dilema moralitas yang menyandera pemerintah kita hari ini agar kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia bisa secepatnya tercapai.
Penulis: Fadil Rezky Noer Roid
Wakil Bendahara Kaderisasi dan Keanggotaan DPD I KNPI Sulsel