Menelusuri Keheningan Hutan Bakau Desa Marannu Maros
Sementara itu, Pendamping Desa Kecamatan Lau Rabbani mengatakan, keinginan Kepala Desa Marannu untuk membangun kawasan ekowisata ini cukup beralasan. Dimana potensi sumber daya alam dan kearifan lokal yang masih terus terjaga serta dukungan anggaran Dana Desa dan ADD dari pemerintah sangat layak untuk memulai pembangunan wisata tersebut, hal ini tentunya dapat berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat.
“Apalagi kebijakan pemerintah khususnya Kemnterian Desa PDT terkait prioritas penggunaan Dana Desa memang mengarah ke situ. Permendesa No. 19 Tahun 2017 tentang prioritas penggunaan Dana Desa tahun 2018 menekankan pada 4 (empat) prioritas utama yaitu pengembangan produk unggulan kawasan perdesaan, pengembangan Bumdes, Sarana Olah raga dan embung desa. Jika ini dikembangkan maka pemerintah Desa Marannu dapat merealisasikan sekaligus 2 prioritas pemerintah tersebut,” ujarnya.
Selain keindahan dari hijaunya bentangan hutan mangrove di desa ini, kontur sungai yang berliku dan bercabang pada anak-anak sungai menjadi sajian utama mengisi perjalanan dari dermaga Dusun Marana menuju muara sungai yang berhubungan langsung dengan bibir pantai berselimut hutan mangrove. Saat menyusur sepanjang sungai marana, pengunjung tentunya akan diperhadapkan dengan sensai petualangan seakan berada di dalam sebuah labirin dengan menggunakan perahu jollorok sebagai kendaraan utama.
Terpisah saat dikonfirmasi mengenai rencana pembangunan kawasan wisata di desa marannu, pemerintah Kecamatan Lau Fadli, S.STP mengatakan, senantiasa mendukung sepenuhnya setiap upaya yang dilakukan oleh pemerintah desa bersama warganya untuk meningkatkan kesejahteraan dan tentunya tanpa harus merusak alam dan kearifan lokal yang ada.
“Vegetasi hutan mangrove yang membentang dari Kelurahan Soreang hingga ke muara sungai Marana yang kurang lebih ada sepuluh kilometer ini memang banyak menawarkan potensi wisata yang bisa dikembangkan dan mendongkrak perekonomian warga seperti wisata mancing, outbond, kuliner, jasa dan lain-lain. Dan ini sangat menjanjikan jika dikelola dengan baik dan profesional,” katanya.
Vegetasi hutan mangrove di sepanjang sungai marana hingga ke bibir pantai, selain sebagai tanaman dikotil yang hidup di habitat payau pantai tropis yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur. Juga memiliki peran penting dalam mencegah terjadinya abrasi dan menjadikan daerah sekitarnya sebagai lahan yang empuk bagi ekosistem lainya.
Jika hal tersebut dikelola dengan baik sebagai objek wisata tanpa mengganggu habitat hutan mangrove, tentunya hal ini akan menjadi objek wisata yang akan memukau mata pengunjung, baik lokal maupun mancanegara. Pasalnya selain dapat menikmati wisata perahu dengan menelusuri hutan mangrove, pengunjung juga akan diperhadapkan dengan sajian kuliner yang ada di lokasi tersebut sebagai potensi kekayaan desa yang dapat meningkatkan perekonomian warga setempat.(*)