Nurdin Abdullah dan Tanribali Lamo mendaftar sebagai bakal calon Gubernur Sulsel dari Partai Demokrat/Kamis, 3 Agustus 2017/Muhammad Fardi/Gosulsel.com
#

Lama Direncanakan, Cara NA Massif “Hianati” TBL

Senin, 23 Oktober 2017 | 12:33 Wita - Editor: Baharuddin - Reporter: Muhammad Fardi - GoSulsel.com

Makassar, GoSulsel.com – Bakal calon Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah (NA) resmi menggandeng Andi Sudirman Sulaiman (ASS). Deklarasi pasangan NA-ASS di Lapangan Karebosi kemarin bentuk resmi NA meninggalkan Tanribali Lamo (TBL).

ASS yang tiba-tiba melengserkan nama Tanribali Lamo (TBL) yang jauh hari berjuang bersama NA ternyata bukan karena persoalan elektbilitas maupun partai politik. Upaya NA “membuang” Tanri direncanakan jauh hari sebelumnya tanpa sepengetahuan Tanri.

pt-vale-indonesia

Hal ini setelah beredarnya surat rekomendasi PKS ke pasangan NA-ASS yang diteken pertanggal 06 September 2017. Padahal pada saat itu, NA masih romantis dengan TBL. Bahkan nama ASS praktis belum pernah disebut-sebut. Hal ini membuktikan, bahwa ‘pengkhianatan’ yang dilakukan NA memang telah direncanakan massif.

Pakar politik dari Universitas Bosowa Makassar, Arief Wicaksono menilai, jika dalam rekomendasi PK tersebut tidak ada salah pengetikan, maka bisa jadi pasangan NA-ASS merupakan pasangan “kawin Paksa”. Menurutnya, DPP PKS bisa jadi terlibat dalam penunjukan ASS sebagai kandidat yang harus digadeng NA.

“Kalau tanggalnya sudah benar, berarti bisa jadi, DPP PKS juga merupakan salah satu aktor yang turut berkontribusi dalam penunjukan ASS sebagai 02 pak Prof NA,” kata Arief, sapaan akrab Arief Wicaksono.

Dia tidak menampik bahwa, proses ganti pendamping NA telah direncanakan jauh hari sebelumnya tanpa sepengetahuan TBL. Jika ini benar-benar terjadi, maka hampir dipastikan “penghianatan” NA terhadap TBL dilakukan secara terstruktur. Akan tetapi, proses pergantian pasangan itu, mestinya harus ditanyakan ke PKS yang jauh hari sebelumnya telah menerbitkan rekomendasi.

“Nah, itu yang harus dijawab oleh PKS,” ucapnya.

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas UIN Alauddin, Syahrir Kariem menilai, kecenderungan pragmatisme di Pilgub Sulsel tahun 2018 memang sangat terlihat. Termasuk yang dilakukan NA dalam menentukan pasangan.

“Kalau awalnya pergerakannya masih ketat melihat tingkat elektabilitas calon, sekarang mulai bergeser kearah mencari calon yang kira-kira bisa meraup dan mendatangkan partai untuk mendekat dan mengusung,” ucap Syahrir.

Dia mengatakan, belum tentu NA sudah berencana jauh untuk menggantikan TBL. Ada kemungkinan yang menurutnya memang sangat memaksa. “Tapi dinamika politik yang membuat dan ‘memaksa’ NA bongkar pasangan,” ucapnya.

Hanya memang, dia tidak menampik, dengan beredarnya rekomendasi dari PKS, sangat memungkinkan TBL untuk meninggalkan NA. Alasannya memang, TBL bisa membaca bahwa dirinya telah dikhianati jauh hari sebelumnya.

“Tergantung komitmen politik yang terbangun dari awal antara NA dan TBL. Karena harus diingat TBL tetap masih pengurus Golkar,” tandasnya.(*)