#Pilgub Sulsel 2018
Pilgub Sulsel, Potensi Diikuti 3 Sampai 4 Paslon
Makassar, GoSulsel.com — Pendaftaran Bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur di KPU Sulsel telah berlangsung, tetapi konstelasi politik Pilgub Sulsel masih dinamis. Skenario tiga sampai empat pasangan calon masih sulit ditentukan.
Pasangan Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar (IYL-Cakka) dipastikan mendaftar lewat jalur independen dengan dukungan Demokrat dan PPP. Sementara Nurdin Halid-Aziz Qahar Mudzakkar (NH-Aziz) mendaftar dengan jumlah 25 kursi, masing-masing Golkar (18 kursi), NasDem (7 kursi), Hanura (6 kursi), PKB (3 kursi) dan PKPI (1 kursi).
Sementara dua pasangan calon lainnya yakni Agus Arifin Nu’mang-Tanribali Lamo (AAN-TBL) dan Nurdin Abdullah -Andi Sudirman Sualiman (NA-ASS) nasibnya ditentukan oleh skenario politik di pusat. Agus mengklaim telah mencukupkan kursi pengusung yang dipatok sebanyak minimal 17 kursi. Hanya saja hingga saat ini yang sudah dipublis hanya Gerindra (11 kursi) dan PBB (1 kursi).
Hal yang sama dengan NA-ASS, kini mengklaim telah mengantongi rekomendasi final form B.1-KWK PAN (9 kursi), PKS (6 kursi) dan PDI Perjuangan (5 kursi). Saat ini pasangan NA-ASS dan NH-Aziz telah menyerahkan berkas pendaftaran di KPU Sulsel.
Menanggapi hal itu, pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Andi Luhur Priyanto mengatakan sebagian partai politik sudah menentukan usungan kandidat. Tetapi masih potensial berubah, di last minute pendaftaran. Terutama pada Partai-partai yang tidak tegas posisinya, pada formasi koalisi nasional. Prospek perubahan arah usungan masih terbuka.
“Kalau di lihat perkembangan, sepertinya 3 atau 4 paslon, termasuk kandidat dari calon perseorangan. Kandidat pasangan AAN-TBL masih bersaing dengan NA-ASS, dalam situasi tidak normal mereka bisa maju bersamaan,” kata Luhur, Selasa (8/1/2018).
Menurutnya, masing-masing paslon ini punya patron kekuatan politik di belakangnya, level lokal dan nasional. Termasuk tarikan rivalitas koalisi nasional, pendukung Pemerintah dan barisa oposisi.
“Bisa dikatakan bahwa paslon yang muncul kelak, bukan lagi hanya membawa kekuatan dan prestasi personalnya saja, tetapi sudah sampai pada persaingan jejaring, patron dan “big man” di belakang mereka masing-masing. Dengan situasi ini, analisa kekuatan berbasis geopolitik tradisional sudah tidak lagi memadai,” ucapnya.
Dikatakan pula, lebih menarik lagi karena Partai-partai koalisi pendukung pemerintah dan partai-partai oposisi di tingkat nasional menjadikan Pilgub 2018 sebagai pemanasan awal, menuju pada rivalitas yang sesungguhnya di Pileg dan Pilpres 2019.
“Kalau kandidat yang di endorse sampai kalah atau bahkan gagal merebut dukungan partai, maka bisa di pastikan kekuatan elektoral partai dan capres tersebut di Sulsel untuk kontestasi tahun 2019,” tandasnya.(*)