Begini Sejarah Raja Begal Hingga Pimpin Geng Motor Mappa’koe

Kamis, 25 Januari 2018 | 10:12 Wita - Editor: Irfan Wahab - Reporter: Afrilian Cahaya Putri - GoSulsel.com

Gowa, Gosulsel.com — Pimpinan geng motor Mappa’koe, Muhammad Kiran (MK) yang dikenal sebagai raja begal wilayah Makassar dan Gowa akhirnya takluk di tangan polisi, hingga menghembuskan nafas terakhirnya oleh peluru Tim Anti Bandit Polres Gowa beberapa waktu lalu.

Kiran bergabung dengan geng motor Mappa’koe sejak 2014 lalu, setiap aksi Kiran didukung oleh kedua adiknya dengan inisial Aan dan Bongkeng.

pt-vale-indonesia

“Sehingga sindikat kakak beradik ini leluasa untuk merekrut dan intimidasi member geng untuk melakukan aksi kejahatan jalanan,” ungkap Shinto Silitonga selaku Kapolres Gowa, di RS Bhayangkara beberapa waktu lalu.

Sementara itu, lanjut Kapolres, di tahun 2015 Kiran ditangkap dengan luka tembak di kaki karena melakukan pembegalan motor secara sadis yakni dengan menendang korban hingga terjatuh dan membawa kabur motor korban.

“Akhirnya Kiran juga didakwa dengan beberapa kasus jambret di wilayah Gowa, setelah tersangka Kiran ini ditangkap, aktivitas geng motor Mappa’koe pun sempat redup,” tambahnya.

Pasca lepas dari jerat hukum, Kiran kembali merekrut beberapa orang lainnya dan kembali membentuk kelompok dengan nama B-13 dengan tujuan yang sama melakukan kejahatan jalanan dengan modus jambret, begal, dan Curanmor dengan kunci T.

“Dalam perkembangannya, kelompok B-13 hingga saat ini merekrut sekitar 30 orang member yang pada umumnya berstatus pelajar dengan durasi umur 15-25 tahun,” terang Shinto.

Saat ditelusuri melalui media sosialnya, Kiran menempatkan diri sebagai Kancil B-13, yang dalam kelompoknya dimaknai sebagai seorang pimpinan kelompok yang lincah dan sulit untuk di tangkap.

Berdasarkan pengakuan member yang sudah diamankan, Kiran bersam Dua saudaranya kerap kali menghasut member muda untuk melakukan kejahatan sesuai keinginan mereka, jika tidak, para member tersebut akan dianiaya.

“Dan yang perlu diketahui, basecamp atau tempat berkumpulnya kelompok B-13 ini biasanya di sekitaran Lapangan Syech Yusuf, kumpul berkelompok dan berdiskusi untuk melakukan kejahatan jalanan, dimana Kiran sebagai pimpinan yang membagi member dan wilayah tugasnya masing-masing,” lanjut kapolres Gowa.

Kiran aktif mengkonsumsi Narkoba, dirinya bahkan kerap menyayat tangan kanan dan kirinya hanya untuk mengisap darahnya yang mengandung narkoba tersebut jika tidak berhasil menaklukkan korbannya.

Dari hasil analisa komunikasi di salah satu Media Sosialnya, saat Kiran mengetahui bahwa adiknya Aan sudah dibekuk Polres Gowa, Kiran yang juga merupakan pelaku Residivis Kasus 3 C (Curas, Curat, dan Curanmor) ini kerap kali menebar ancaman terhadap Bampol bahkan polisi. Bampol sendiri merupakan sebuah istilah dikalangannya untuk menyebut informan polisi. (*)


BACA JUGA