Ekonom INDEF: Jargon Ekonomi Syariah di Pilpres Hanya Gimmick
Makassar, Gosulsel.com— Masyarakat Indonesia cukup dikagetkan dengan langkah Joko Widodo memilih ketua umum Majelis ulama Indonesia (MUI) KH Ma’aruf Amin sebagai bakal calon wakil Presidennya dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 nanti.
Nyaris seluruh pengamat politik melihat ini sebagai strategi untuk meraup basis pemilih muslim terutama NU di Jawa dan sebagai cara menghindarkan pertarungan Pilpres dari sentimen agama dan ras, yang menumbangkan Ahok dalam Pilgub Jakarta lalu.
Tetapi secara resmi, Jokowi sendiri berkilah bila dipilihnya Ma’aruf Amin sebagai pendampingnya pada Pilpres mendatang untuk membantunya menguatkan ide-ide ekonomi syariah. Ma’aruf memang dikenal sebagai pemikir ekonomi syariah, apalagi ulama yang dihormati kalangan Nahdiyin ini masih menjabat sebagai Ketua Dewan Syariah Nasional (DSN).
Hal ini mengundang spekulasi bahwa pertarungan Pilpres 2019 akan lebih diwarnai adu gagasan ekonomi, terutama ekonomi syariah apalagi melihat backgroun penantang petahana Prabowo yang menggandeng Sandiaga Uno yang mereprentasi kalangan pengusaha muslim.
Sayangnya bagi pengamat ekonomi INDEF, Bhima Yudhistira Adhinegara, jargon ekonomi syariah hanyalah gimmick untuk meraih simpati pemilih kalangan muslim.
“Bagi pelaku pasar, mereka butuh capres yang menjawab problem ekonomi secara rill, soal pelemahan rupiah, soal posisi Indonesia ditengah pertarungan ekonomi antara Amerika Serikat dan Tiongkok,” ungkap Bhima di acara Editors Day yang diadakan Bank Indonesia perwakilan Sulsel, beberapa waktu lalu.
Bhima mengapresiasi bila pertarungan Pilpres kedepan akan lebih diwarnai isu ekonomi. Tetapi menurut dia, sebaiknya adu gagasan ekonominya berkaitan dengan problem ekonomi yang ril dihadapi masyarakat dan pelaku pasar.
Soal ekonomi syariah tak menunjukkan perkembangan siginifikan selama ini, hal ini turut diaminkan Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI sulsel, Dwityapoetra S. Besar.
“Selama ini perkembangannya begitu saja ada program tapi gak ada isinya, seperti ada busnya tapi gak ada penumpangnya,” ungkap Dwityapoetra.
Walaupun program ekonomi syariah masih terus didorong untuk bisa diterima secara luas masyarakat dan bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih kuat.(*)