Peserta SJYC Uji Akses Difabel Masjid Dato’ Ditiro Bulukumba
Bulukumba,GoSulsel.com – Sebanyak 25 pelajar SMA berbagai daerah di Sulawesi Selatan melakukan uji coba aksesibilitas Masjid Islamic Center Dato’ Ditiro, Bulukumba pada Sabtu, 18 Agustus 2018.
Uji coba dilakukan untuk mengetahui sejauh mana fasilitas yang ada di masjid tersebut dapat dilalui, digunakan atau diakses oleh orang berkebutuhan khusus atau difabel.
Selain karena para pelajar ini terdapat difabel kinetik (pengguna kursi roda), difabel bisu dan difabel netra (buta), beberapa pelajar bertindak layaknya sebagai penyandang. Lima diantaranya menggunakan kursi roda dan delapan diantaranya menggunakan penutup mata.
Para siswa dan siswi yang merupakan peserta Social Justice Youth Camp (SJYC) atau Kemah Generasi Muda untuk Keadilan Sulawesi Selatan ini kemudian menguji fasilitas masjid itu. Mereka harus saling bantu untuk masuk ke masjid, karena masjid ini ternyata tidak bisa diakses oleh difabel.
Ketua Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Bulukumba Suherman Ria yang mengawal uji coba ini mengakui bila masjid megah ini tidak bisa diakses oleh difabel. Pengguna kursi roda, kata dia, tidak bisa mengakses semua fasilitas masjid.
Dia mencontohkan tempat mengambil air wudhu sulit diakses karena lantainya berundak-undak. Seharusnya, kata dia, pengurus masjid harus menyiapkan ramp (lantai yang disengaja dibuat miring) pada lantai.
Sama halnya saat berada di atas masjid, kata Suherman, karena anak tangganya cukup tinggi, jadi sangat sulit dilalui dengan cara mandiri. Mereka harus dibantu orang lain, yakni dengan cara mengangkat kursi rodanya. Namun, lanjut dia, difabel tidak ingin dibantu atau dikasihani.
“Kita sudah melihat bagaimana anak-anak tangganya. Tidak ada ramp disana. Ini harus diperhatikan pengurus masjid. Apa lagi (masjid ini) sedang dalam renovasi, ” kata Suherman dalam rilis Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (PerDIK).
Dia mengatakan, pihaknya berharap pengurus masjid Islamic Center Dato’ Ditiro untuk menyiapkan fasilitas untuk aksesibilitas difabel. Seperti ramp, guiding block untuk difabel netra, zona parkir yang lebih dekat dengan tempat wudhu atau jalan utama.
“Kalau bisa hari ini kenapa besok (pengadaan). Akses pengguna roda pasti bisa juga digunakan non disabilitas, ” kata dia.
Dia juga menjelaskan hanya Rumah Sakit Daerah Bulukumba yang ramah difabel di Kabupaten berjuluk Panrita Lopi ini.
“Fasilitas umum yang harus segera ramah difabel adalah gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah karena merekalah yang menggodok peraturan tentang disibilitas di Bulukumba dan harusnya gedung yang paling pertama ramah difabel, ” ujarnya.
Direktur PerDIK Abdul Rahman juga berharap pengurus masjid untuk menyiapkan sarana yang ramah difabel. “Kebetulan masjid ini sedang renovasi, mungkin baiknya pengurus bisa mengadakan fasilitas untuk difabel, ” ujarnya.
Pada acara penyambutan Social Justice Youth Camp (SJYC) oleh Tomy Satria, Wakil Bupati Bulukumba, Direktur PerDIK Abdul Rahman sempat menyinggung soal tidak ramahnya gedung kantor Bupati Bulukumba untuk difabel.
Tomy tidak membantah kondisi kantornya. Menurutnya pembangunan kantor Bupati sebelumnya memang belum memikirkan hal tersebut. “Dulu saat dibangun kantor ini, isu disabilitas belum booming seperti sekarang. Tapi ini menjadi tanggung jawab kami untuk mewujudkan kantor Bupati ramah difabel, ” ujarnya.
Nur Syarif Ramadhan, Ketua Panitia SJYC Sulawesi Selatan menyampaikan bahwa 25 peserta SJYC yang terpilih menjadi peserta berasal dari berbagai sekolah dari delapan kabupaten kota di Sulsel, seperti Makassar, Wajo, Gowa, Takalar.
SJYC merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Indonesia Social Justice Network (ISJN). Sebelumnya kegiatan ini sukses dihelat di Maluku, Gorontalo dan Banten.
Di Sulawesi Selatan kesetaraan difabel menjadi fokus isu pelatihan.(*)