Ternyata Sulsel Bukan Lumbung Pangan, Tapi Lumbung Tambang
MAKASSAR, GOSULSEL.COM — Sulawesi Selatan sejak dulu dikenal sebagai salah satu lumbung pangan nasional. Namun bila bercermin dari komiditi eskpor yang paling banyak menghasilkan ‘duit’ bagi pemerintah Sulsel, kesan sebagai lumbung pangan tersebut harus diluruskan.
Buktinya nilai ekspor dari komoditas pertanian masih kalah dengan sektor pertambangan.Dari data Dinas Perdagangan Sulsel, nilai ekspor Sulsel Januari – September 2018 sebesar US$905.572.167.96, tumbuh sebesar 17 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017 sebesar US$ 773.969.153.86.
Dimana sektor pertanian hanya berkontribusi sebesar 20,39 persen, lebih kecil jika dibandingkan dengan sektor tambang 60,40 persen. Sektor lain yang juga memberikan kontribusi cukup tinggi adalah sektor Industri 19,19 persen.
“Dari sisi komoditas, 10 besar komoditas unggulan ekspor yang berkontribusi meliputi, nikel, rumput laut, mete kupas, udang segar, cocoa mass, biji kakao, cocoa liquor, telur ikan terbang, dedak gandum dan udang olahan,” kata Kepala Dinas Perdagangan Sulsel, Hadi Basamalah.
Untuk negara tujuan, ada 10 negara tujuan ekspor utama meliputi, Jepang, China, Amerika Serikat, Malaysia, Vietnam, Republik Korea, Belanda, Jerman, Filiphina dan Rusia.
Melalui program direct call yang sudah ada sejak 2015 ke beberapa negara Asia dan yang terbaru ke Eropa dan Amerika dihaharapkan nilai ekspor Sulsel semakin meningkat. Terutama hasil produksi dan industri pertanian.
Gubernur Sulsel, Prof Nurdin Abdullah mengatakan direct call ke Eropa dan Amerikan merupakan salah satu program 100 hari Pemprov Sulsel. Terlebih saat ini Makassar New Port tahap 1A mulai beroperasi.
Selama ini, ekspor Sulsel dengan tujuan Eropa dan Amerika dilaksanakan secara indirect (tidak langsung) melalui pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan Tanjung Priok Jakarta, dengan penerbitan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) di pelabuhan tersebut. Sehingga, berpengaruh pada neraca perdagangan dan pertumbuhan ekonomi Sulsel.
Melalui direct call Makassar-Eropa dan Makassar-Amerika Serikat, eksportir mendapatkan kemudahan dan efisiensi biaya dan waktu tempuh ke Negara tujuan ekspor.
Terkait upaya peningkatan nilai ekspor sektor pertanian, kelautan, perkebunan dan kehutanan. Pemprov Sulsel terus mendukung upaya hilirasasi industri pengelolaan.
“Kita tidak mau hanya mengirim bahan baku, kalau bisa kita olah menjadi barang setengah jadi sehingga ada nilai tambah. Maknya kami akan mempermudah izin usaha bagi industri bidang ini,” pungkasnya. (*)