Diskursus Antara Akal Sehat dan Agama
MAKASSAR, GOSULSEL.COM — Agama acapkali dianggap tak dapat dinalar dengan akal. Agama dianggap sesuatu di luar nalar hingga tidak untuk diakali. Akal pun terasa tak subjektif jika dicampuri oleh agama.
Persepsi tersebut menjadi pemahaman yang hingga kini masih mengajar pada sebagian besar masyarakat. Mulai dari khalayak umum sampai kalangan birokrasi pun berpendapat sama.
Bahkan paradigma ini semakin mencuat tahun 2018 ini. Dimana yang paling mahsyur adalah datang dari ucapan presiden Jokowi yakni himbauan untuk tidak mencampur antara agama dan politik. Hingga istilah politisasi agama pun tersematkan, terutama terhadap aksi umat Islam 212, 211, dan 812.
Hal ini menunjukkan betapa agama dan konsep yang lahir dari akal sehat seakan bertolak belakang dan tidak bisa menyatu. Oleh karena itu, gosulsel mencoba mengurai pandangan ini lewat wawancara dengan Rocky Gerung (RG) saat ia bertandang ke Makassar untuk mengisi kuliah umum bertajuk “Dari Timur Terbitlah Akal Sehat” pada Rabu (19/12/2018).
Selain identitasnya sebagai akademisi dan pemikir, gagasan kembali ke akal sehat dikenal lahir dari gagasan RG sejak tahun 2010 silam. Terlebih lagi, Ia punya memang punya gagasan sendiri tentang akal sehat. Jadi, RG cukup dianggap kapabel dalam hal ini.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Bosowa (Unibos) Makassar, Arif Wicaksono juga mengakui RG sebagai pelopor wacana kembali ke akal sehat.
“Bang Rocky kan punya gagasan sendiri tentang akal sehat itu, dari 2010 dia yang ngomong soal akal sehat,” katanya saat ditemui di menara bosowa Makassar pada Rabu (19/12/2018).
Walau gagasan akal sehat yang diangkat Rocky Gerung mayoritas selalu dikaitkan dengan politik. Namun, Ia juga tidak menafikan jika hal tersebut dikaitkan dengan agama.
Saat ditanya tentang pandangan tidak adanya keterkaitan agama yang notabenenya adalah Islam dan akal sehat, Ia mematahkan dasar itu dengan argumen adanya dalil yang dimiliki oleh agama Islam.
“Agama ada pilihan kultural, moral, individual, komunitas. Jadi dalam agama, banyak dalil. Dan dalilnya adalah risining yang dasarnya adalah pemikiran,” jelasnya saat wawancara dengan Gosulsel.com di Menara Bosowa Makassar.
Pendapat RG tersebut kembali diamini Arif Wicaksono, Dekan Fisipol Unibos juga dengan argumen adanya konsep menggunakan akal dalam Islam. Karenanya antara agama dengan akal sehat justru sejalan.
“Dalam kitab suci kan dikatakan bahwa Pakailah Akalmu. Kita kan punya akal, jadi tidak ada sebetulnya yang bertentangan dengan akal sehat. Agama dengan akal sehat justru sejalan,” terang Arif.
Butuh mencerna lebih dalam memang tentang dasar konsep berpikir dalam agama Islam hingga tidak bertentangan dengan fitrah manusia itu sendiri.
Agama Islam menyaratkan berpikir dalam beriman. Namun juga tidak menuhankan akal dalam beragama. Jika tak mampu memilah, maka agama justru akan jadi tameng pembenaran atas segala perbuatan manusia.
Hal ini menjadi penting, terutama menilai wilayah Sulawesi Selatan yang kental dengan religiusnya. Perlu dasar ideologi yang tepat dan menyimpan kebenaran hakiki dalam hal ini.
“Dasar dari akal sehat adalah metodologi. Akal sehat ya memang mesti dengan ideologi. Ideologi harus didiskrunisasi supaya juga tidak jadi doktrin, sekali jadi doktrin, pemerintah akan jadi otoriter,” tandas RG.(*)