“Rebranding” Logo Pariwisata Sulsel, Filosofi Sulappa Appa dan Keramahan
Untuk logogram. Pertama, Tari Kipas Pakarena, merupakan cerminan dari kesantunan dan kehormatan. Tarian ini selalu menjadi ekspresi penyambutan dalam seremonial kebudayaan dan menjadi simbol perayaan masyarakat Sulsel.
Bentuk menukik yang diambil dari gerakan tari kipas pakarena menjadi lambang penyambutan dan penghormatan bagi siapa saja yang datang. Bentuk ini juga menjadi spirit kreatifitas yang dinamis dalam pengembangan hospitality pariwisata Sulsel.
Sementara Sulappa Appa, dalam logogram ini menjadi simbol kekayaan intelektual serta merupakan manifestasi kebudayaan Sulsel. Senada dengan bentuknya yang memiliki empat sisi, Sulappa Appa juga menjadi symbol pemersatu empat suku besar di Sulsel yaitu Toraja, Makassar, Bugis, dan Mandar.
Selanjutnya, bentuk Gestal, yang saling bertautan dan mengikat merupakan sebuah harapan dalam pengembangan pariwisata sulsel agar masuk kepada level keakraban dan terjalin ikatan batin bagi pengunjungnya. Secara internal bentuk ini menjadi penguat multicultural di Sulsel.
Untuk karakter logotype (jenis logo). Bentuk huruf dibuat mengikuti karakter aksara lontar sebagai penguat statement dalam membangun impresi di benak audience. Karakter aksara lontar menjadi sebuah bahasa rupa dari keterwakilan karakter masyarakat Sulsel di tinjau dari tarikan dari setiap goresannya.
Bentuknya dibuat sedikit lebih progresif agar memberikan semangat pergerakan dalam menyongsong masa depan. Bentuk karakter ini juga menjadi penguat Identitas Brand Pariwisata Sulawesi Selatan.
Dalam hal pemilihan warna yakni terdiri dari primary color (warna utama): hitam, menjadi cerminan dari kekuatan karakter serta ketegasan dari masyarakat sulsel.
Warna orange (jingga), menggambarkan semangat serta kekayaan warisan kebudayaan yang menginspirasi. Sedangkan merah, merupakan gambaran kehormatan serta keberanian dari masyarakat Sulsel. Warna merah ini juga menjadi simbol keagungan dari masyarakat Sulsel.
Dari sekian banyak bauran warna alam yang di anugrahkan kepada Sulawesi Selatan. Tiga warna tersebut dipilih sebagai primary color karena warna-warna itu merupan pilihan dari masyarakat Sulsel. Meraka memilih warna tersebut sebagai keterwakilannya. Tidak heran warna tersebut sering digunakan dalam perayaan perayaan di Sulawesi Selatan.
Sedangkan untuk scondary color (warna sekunder): hijau, letak geografis Sulsel yang unik menjadikannya subur dan adem. Warna hijau menjadi cerminan kesejahteraan masyarakat Sulsel.
Biru dan ungu, sebagai provinsi yang dikelilingi dengan garis pantai Sulsel di anugrahi jejeran pantai yang eksotis. Warna ini menjadi cerminan kekayaan pantai dan bawah laut yang melimpah serta rasa kepercayaan yang kuat dari masyarakatnya.
Sementara itu, warna cokelat, Sulawesi terkenal dengan wisata kulinernya yang kaya akan rempah-rempah. Warna ini mewakili sifat keuletan serta semangat kerja keras dari masyarakat Sulsel.
Dan warna bu-abu, warna ini menjadi cerminan dari cluster geografis Sulawesi selatan yang beragam. Secondary Color merupakan rangkuman warna dari seluruh kekayaan asset geografis Sulawesi Selatan.
Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah mengapresiasi karya pemenang. “Luar biasa,” kata yang diucapkan NA usai Rahmat Zulfikar melakukan presentase beberapa waktu lalu
“Kita apresiasi anak muda menciptakan logo baru pariwisata Sulsel. Saya kira, nuansanya bagus sekali, tentu setelah dilakukan sayembara dan memilih dari berbagai desain inilah yang terbaik. dan tugas kita bagaimana mensosialisasikan logo baru ini,” lanjut Nurdin Abdullah.
NA menyebutkan penggantian logo lama karena memang dibutuhkan inovasi baru. Apalagi yang menciptakan dari kalangan masyarakat Sulsel sendiri.
“Kita juga kan butuh inovasi dan ini bukan ciptaan kita, ini adalah hasil sayembara, sebenarnya kalau sayembaranya tidak ada yang berkenan, kita balik ke logo yang lama. Tetapi ada yang bagus,” sebutnya.
Logo ini dalam waktu dekat akan dilauching, tetapi langkah pertama adalah disosialisasikan terlebih dulu dan melihat respon masyarakat.(*)