Jumat Ibadah pemerintah Kabupaten Gowa menghadirkan Dekan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Barsihannor sebagai penceramah di Masjid Agung Syekh Yusuf, Jumat, (11/1/2019).

Penceramah Jumat Ibadah Pemkab Gowa, Dekan FAH UINAM Jelaskan Makna Gerakan Salat

Jumat, 11 Januari 2019 | 16:03 Wita - Editor: Irwan Idris - Reporter: Junaid - Gosulsel.com

GOWA, GOSULSEL.COM – Pelaksanaan Pencerahan Qalbu dan Jumat Ibadah pemerintah Kabupaten Gowa menghadirkan Dekan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Barsihannor sebagai penceramah di Masjid Agung Syekh Yusuf, Jumat, (11/1/2019).

Hadir dalam Pencerahan Qalbu dan Jumat Ibadah tersebut Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan YL, Wakil  Bupati Gowa, H. Abdul Rauf Malaganni, Forkopimda, Kepala Dinas dan pejabat lingkup pemerintah Kabupaten Gowa serta sejumlah Masyarakat Kabupaten Gowa.

Sementara itu, Barsihannor dalam ceramahnya membahas tentang shalat. Ia mengatakan bahwa shalat sebagai tiang agama dan salat sebagai pengikat agama. Menurutnya dalam rukun Islam ada dua pengikat agama yaitu syahadat dan salat.

“Dalam Islam ada dua yang mengikat agama ini yaitu salat dan syahadat. Apabila dua ini terlepas maka runtuhlah Islam. Sesuai sabda Nabi ‘Barang siapa yang mendirikan salat berarti dia menegakkan agama dan siapa meninggalkan salat berarti ia merobohkan agamanya,” katanya.

Ia menjelaskan bahwa tidak ada alasan untuk tidak melaksanakan salat dalam keadaan apapun. “Kalau tidak bisa berdiri, yaa duduk, kalau tidak bisa duduk berbaring, tidak bisa berbaring, bisa isyarat, bisa dalam hati dan kalau tidak bisa juga, berarti disalati,” jelasnya.

Lanjutnya, ia mengungkapkan salat harus menjadi pemersatu bangsa. Perbedaan dalam pelaksanaan gerakan salat seharunya tidak dipermasalahkan selama pernah dicontohkan oleh Rasulullah.

“Seharusnya salat ini menjadi ikon persatuan, bukan sebagai perpecahan. Jangan sampai permasalahan perbedaan di antara kita menjadi perpecahan,” lanjutnya sambil mempraktekkan beberapa gerakan salat.

Di hadapan Bupati dan Wakil  Bupati Gowa, Barsihannor juga menambahkan bahwa salat sesungguhnya adalah media untuk berkomunikasi dengan Allah SWT. Ia juga menyebutkan setiap gerakan dalam salat memiliki makna tersendiri.

“Kalau Nabi berkomunikasi dengan Allah melalui isra mi’raj, maka kita jadikan salat ini sebagai mi’raj kita, cara kita berkomunikasi kepada Allah. Salat pada hakikatnya kita berkomunikasi kepada Allah. Jadi semua gerakan mempunyai simbol dan punya makna, begitupun dalam salat. Misalnya gerakan sujud, sujud lebih tinggi pantat daripada kepala karena tidak ada yang pantas disombongkan,” tambahnya.(*)


BACA JUGA