Mie Kering Titi
#

Pencipta Mie Titi Hingga Lagu Ati Raja, Yuk Simak Peran Warga Tionghoa dalam Kebudayaan Makassar

Selasa, 05 Februari 2019 | 14:51 Wita - Editor: Irwan Idris -

MAKASSAR, GOSULSEL.COM— Masyarakat Kota Makassar sepertinya harus berterimakasih kepada warga Tionghoa, sebab mereka telah menciptkan Mi Titi yang nikmat itu, dan bahkan menjadi ikon kuliner Kota Daeng.

Tapi tahukah Anda? Nama Mi Titi awalnya bukanlah nama merek mi dagangan. Titi sebenarnya adalah sapaan akrab mendiang Angko Tjao, ayah dari Freddy Koheng, pemilik usaha Mi Titi di Jalan DR Wahidin Sudirohusodo (dulu bernama Jl Irian) Kota Makassar.

pt-vale-indonesia

Dalam bahasa Tionghoa, Titi bukanlah nama orang. Titi bermakna adik laki-laki. Dan nama itu yang melekat pada mi kering temuan Angko Tjao.

Bagi warga Tionghoa sendiri, Angko Tjao dikenal sebagai pedagang mie khas yang berada di daerah Pecinan Makassar sekira tahun 1960-an. Saat itu, orang-orang Tionghoa menyebutnya mi dadar, karena bahan mie halus digoreng dengan sedikit minyak lalu digepengkan di atas wajan.

Di medio tahun 1990-an, Mi Titi mulai tersohor, penikmat mi kering dengan campuran kuah kanji kental ini, perlahan melekat di lidah warga kota.

Selain produk kuliner, warga Tionghoa Makassar juga aktif menciptakan karya dalam bidang musik dan kesenian. Tak banyak yang tahu, bahwa lagu berbahasa Makassar Ati Raja, Amma Ciang, dan Dendang-dendang Sailong adalah hasil ciptaan orang Tionghoa bernama Ho Eng Dji.

Ho Eng Dji adalah warga Tionghoa yang ikut ayahnya merantau ke Makassar sejak dirinya masih kanak-kanak. Di kota ini, Ho Eng Dji berkiprah dalam kebudayaan Makassar. Di Tahun 1960, Ho Eng Dji menghembuskan nafas terakhir juga di Kota Makassar.

Hampir seangkatan dengan Ho Eng Dji, masih ada sosok warga Tionghoa Makassar yang juga berkecimpung dalam upaya pengembangan musik daerah Makassar. Dia adalah Pui Tjong Ang, yang mendirikan orkes di tahun 1950-an hingga 1960-an khusus mendendangkan lagu-lagu berbahasa Makassar.(*)


BACA JUGA