#Menuju Parlemen 2019
Menakar Peluang Caleg Muda di Pileg 2019
MAKASSAR, GOSULSEL.COM – Jumlah Caleg pemuda dan pemilih pemuda yang terbilang banyak pada Pemilihan Legislatif (Pileg) tahun 2019 menjadi fenomena baru. Hanya saja, bukan menjadi jaminan persentase jumlah Caleg bisa mencerminkan jumlah pemuda yang terpilih di parlemen.
“Menakar Peluang Caleg Muda di Sulsel” menjadi tema yang memantik dialog politik Pedoman Suara Indonesia di salah satu kedai di Jalan Boulevard, Makassar, pada Minggu (31/3/2019).
Dalam dialog yang membedah peluang Caleg mudah ini menghadirkan tiga pembicara, dua diantaranya pengamat politik masing-masing, pengamat politik dari UIN Makassar Firdaus Muhammad dan pengamat politik dari Unibos Arif Wicaksono, serta satu perwakilan Caleg muda Partai NasDem Muhammad Arham Basim Mattayang
Firdaus Muhammad dalam pemaparannya memulai dari batasan sebagai Caleg pemuda. Dia mengatakan jika ingin ada batasan umur maka Caleg muda berada pada kisaran umur hingga 40 tahun. Jika dikalkulasi secara makro, menurut Firdaus peluang Caleg muda sangat besar. Apalagi beberapa pengalaman, pendatang baru kadang lebih mendominasi keterpilihan dibandingkan petahana. Menurutnya pendatang baru ini didominasi kalangan anak muda.
“Peluangnya besar, kalau kita mau kalkulasi secara makro itu lebih banyak pendatang baru yang dilantik dibandingkan Caleg petahana yang bertahan,” kata Firdaus.
Hanya saja, ketokohan pendatang baru memang harus direncanakan dengan baik. Kemampuan membranding diri ini juga dinilai sangat mungkin dilakukan oleh pemuda.
“Keuntungan Caleg muda adalah kemampuan membranding diri. Modalnya mapping, kita harus tau wilayah yang harus dijangkau. Ketokohan itu dibangun mulai dari penampilan, dari postur dan style yang meyakinkan,” kata dia.
Sementara itu, Arif Wicaksono mengatakan skala peluang Caleg muda sangat berpengaruh pada kaulitas dan kuantitas dalam menggaet pemilih. Dijelaskan Arif bahwa Caleg muda yang relatif energik bisa mengatur waktu untuk menemui lebih banyak orang maupun mengunjungi lebih banyak titik.
“Bahwa namanya kuantitas atau jumlah wilayah yang digarap itu sangat berpotensi meningkatkan elektabilitasnya. Apalagi masyarakat sangat berpengaruh pada apa yang telah dilakukan oleh politisinya, ketimbang dengan apa nanti yang telah dijanjikan,” ujarnya.
Sementara, Arham Basmin mengaku, sebagai Caleg muda yang minim popularitas, pihaknya tentu memiliki langkah strategis untuk bersaing secara elektoral. Pertama, Arham Basmin mengatakan perlu bekerja dua sampai tiga kali lipat dari para Caleg senior.
“Satu hari saya menyempatkan berkunjung 15 sampai 20 kelurahan, apalagi teman kompetitor saya rata-rata sudah populer. Kedua kami juga mencoba meluncurkan kartu Arham Basmin Penduli. Disitu masyarakat bisa mendapatkan fasilitas ambulance gratis dan pemeriksaan kesehatan secara gratis di rumahnya,” ujar dia.
Inovasi itu, menurut Arham perlu ditawarkan sebagai pembeda yang memiliki daya saing dengan kompetitor yang sudah senior dan petaha. “Bahkan sebelum saya terpilih misalnya, saya sudah menawarkan perogram yang langsung dirasakan masyarakat,” tandasnya.(*)