Bersama Akademisi, Budayawan dan Seniman, Muhammad Ismak “Menyusun Bayangan Kebudayaan Makassar”

Kamis, 27 Juni 2019 | 17:05 Wita - Editor: Muhammad Fardi -

MAKASSAR, GOSULSEL.COM – Bakal calon Wali Kota Makassar, Muhammad Ismak menggelar diskusi dengan beberapa pengamat, akademisi, budayawan dan seniman di Red Corner Cafe, Jalan Yusuf Daeng Ngawing, Makassar, Kamis (27/8/2019).

Kegiatan yang mengusung tema “Menyusun Kebudayaan Kota Makassar” ini diinisiasi oleh kerabat Ismak, Moch Hasmi Ibrahim. Dia mengatakan forum Makassar kita adalah ruang elaborasi gagasan yang dikhtiarkan bisa menjadi rekomendasi bagi program-program Muhammad Ismak untuk Makassar.

“Sebagai langkah awal, forum ini menertemukan beberapa pakar dan cendikiawan dan budayawan untuk mengelaborasi pokok dasar peradaban yakni kebudayaan. Bicara kota Makassar, yang ingin digeledah adalah apakah kota ini memiliki sebuah bayangan kebudayaan yang menguatkan karakternya? Lalu bagaimana menyusun kembali bayangan kebudayaan tersebut?,” kata Ami, sapaan akrab Moch Hasmi Ibrahim.

Menurutnya, hiruk pikuk perkotaan seperti Kota Makassar seringkali ditelisik secara parsial dan lebih banyak didominasi oleh wacana politik. Wacana ini kadangkala tak mengindahkan pondasi dari gejala empirik tersebut yaitu budaya kota. Perilaku warga dan lingkungan terutama adalah gejala empirik yang bisa kita amati.

“Karena itu, untuk mengidentifikasi apakah bayangan kebudayaan sebuah kota bisa kita dapatkan dari sebuah kota bernama Makassar dan memeriksa apakah Makassar menjadi habitat yang layak menghidupi warganya juga menjadikan kota ini sebagai milik warganya,” kata dia.

Hadir dalam sebagai pembicara dalam kegiatan itu, yakni Direktur Ininnawa Anwar Jimpe Rachman, Budayawan Aslan Abidin, Akademisi masing – masing Muhammad Ridha, Arief Wicaksono, Andi Ahmar, Arqam Azikin, Firdaus Muahmmad dan Andi Luhur Priyanto.

Turut pula Ketua Walhi Sulsel Al Amin, peneliti budayawan Nurhady Srimonorok, seniman Asia Ram Prapanca, Budayawan Wawan Mattaliau dan Sabri AR, Seniman Bahar Merdu dan Ketua IGI Muhammad Ramli Rahim.

Wawan Mattaliau mengatakan, Makassar adalah kota urbanisasi. Hanya saja masyarakat yang pindah ke Makassar cenderung hanya perpindahan fisik yang tidak disertai dengan perpindahan budaya.

“Kita dalam tataran pembangunan. kedepan Gowa, Maros dan Makassar akan terikat dan satu terkait rencana pembangunan. Hegemoni kebudayaan ini perlu dipersiapkan, bagaimana orang Maros, Gowa dan Makassar saling berinteraksi,” kata Wawan.

Andi Ahmar menjelaskan, bahwa pembangunan dan perkembangan modernisasi di Kota Makassar tidak seiringan dengan perkembangan budaya. Ia mencontohkan tagline Makassar Menuju Kota Dunia dengan Kearifan Lokal, dimana sisi kearifan lokalnya tidak berjalan.

“Sehingga karakter budaya kota ini tidak bisa jelas. Apa yang kita perbuat, apa yang kita lakukan, itu akan mencerminkan kebudayaan kota kita,” ucapnya.

Dari sisi pendidikan, MRR menjelaskan bahwa kekuatan budaya ini harus dimulai dari sekolah tingkat bawah. Dimana hal yang paling mendasar kata dia adalah bahasa daerah dalam kirikulum sudah dihapus.

“Anehnya lagi guru-guru kita sangat kreatif. Temanya muatan lokal tapi isinya bahasa ingris,” tandasnya.

Menanggapi masukan pembicara secara bergantian, Muhammad Ismak menyampaikan terimakasih. Dia mengaku, masukan itu akan mempermantap langkahnya maju di Pilwali Makassar.

“Kenapa yang pertama kita diskusikan adalah budaya dulu, karena ini adalah masalah manusia. Ini adalah problem,” tandasnya.(*)


BACA JUGA