Potret kemiskinan di Makassar/Jumat (8/1/2016)/Muhammad Muhaimin/Gosulsel

Penduduk Miskin di Sulsel Turun 20 Ribu Jiwa

Kamis, 16 Januari 2020 | 11:36 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

MAKASSAR, GOSULSEL.COM — Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan (Sulsel), jumlah penduduk miskin di Sulsel mengalami penurunan sebesar 20,06 ribu jiwa.

Penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Selatan September 2019 berjumlah 759,58 ribu jiwa, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan September 2018 yang berjumlah 779,64 ribu jiwa.

pt-vale-indonesia

Persentase penduduk miskin September 2019 sebesar 8,56 persen juga turun 0,31 poin persen dibandingkan September 2018 yang besarnya 8,87 persen. Begitu juga jika dibandingkan kondisi pada Bulan Maret 2019 yang besarnya 8,69 persen, dimana terjadi penurunan persentase penduduk miskin sebesar 0,13 poin persen.

Selama periode September 2018 – September 2019, penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan 6,31 ribu jiwa, sedangkan di daerah perdesaan mengalami penurunan sebesar 13,75 ribu jiwa.

“Persentase penduduk miskin di perkotaan dan di perdesaan mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,26 dan 0,25 poin persen,” ujar Kepala BPS Sulsel, Yos Rusdiansyah.

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama September 2018 – September 2019, Garis Kemiskinan mengalami kenaikan, yaitu dari Rp 315.738 per kapita per bulan menjadi Rp 341.555 per kapita per bulan atau naik 8,18 persen.

Terdapat dua komponen yang mempengaruhi Garis Kemiskinan (GK), yaitu makanan dan bukan makanan. Peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).

Komoditi makanan yang paling penting bagi penduduk miskin adalah beras. Selain beras, barang-barang kebutuhan pokok lain yang berpengaruh cukup besar terhadap Garis Kemiskinan Makanan diantaranya adalah rokok kretek filter, telur ayam ras, bandeng, kue basah, gula pasir, roti, dan tongkol/tuna/cakalang.

Komoditi bukan makanan yang paling penting bagi penduduk miskin adalah pengeluaran perumahan. Selain perumahan, barang-barang kebutuhan non makanan lain yang berpengaruh cukup besar terhadap Garis Kemiskinan diantaranya adalah bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.

“Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan tingkat keparahan dari kemiskinan,” pungkasnya.(*)


BACA JUGA