Customer Relations Manager PT Kalbe Farma Tbk Happy Handayani (kiri), Survivor Kanker Leukimia Hartati Nganro (tengah), Spesialis Onkologi RS Siloam Makassar Dr. dr. Tutik Harjianti, Sp.PD-KHOM, FINASIM (kanan)

Deteksi Sejak Dini, Begini Kisah Hartati Lawan Kanker

Minggu, 23 Februari 2020 | 14:56 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

MAKASSAR, GOSULSEL.COM — Kanker masih menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti. Berdasarkan data tahun 2018, setiap 100 ribu penduduk di Indonesia, sebanyak 136,2 orang menderita kanker.

Hal tersebut disampaikan oleh Spesialis Onkologi RS Siloam Makassar, Dr. dr. Tutik Harjianti, Sp.PD-KHOM, FINASIM, saat menjadi narasumber pada peringatan Hari Kanker Sedunia di Grand Asia Hotel Makassar, Minggu (23/2/2020).

pt-vale-indonesia

“Indonesia dengan 250 juta penduduk, jadi penderita kankernya sangat banyak. Makassar walaupun tahun ke tahun ada sedikit penurunanan tapi tidak berarti, masih tinggi,” ujarnya.

Kanker yang paling banyak diderita oleh wanita yaitu kanker payudara dan kanker mulut rahim. Sedangkan laki-laki yaitu kanker paru-paru dan kanker prostat.

“Ada sebanyak 200 pasien saya yang menderita Leukimia di Sulawesi,” ungkapnya.

Lebih lanjut, dr Tutik menjelaskan bahwa kanker perlu dicegah dengan cara melakukan deteksi dini. “Kita sekarang tidak hanya fokus pada terapi tapi fokus pada pencegahan dan deteksi dini,” jelasnya.

Tanda awal kanker dapat dideteksi dengan adanya perubahan pada bagian yang terserang kanker. Misalnya benjolan pada payudara maupun pendarahan.

“Benjolan itu dulu karena kalo sudah adsa benjolan terlambat. Seharusnya sebelum ada benjolan. Tidak semua kanker dengan benjolan. Kanker darah tidak ada benjolan, ada bintik-bintik pendarahan. Sebelum ada itu deteksi lebih awal,” paparnya.

Lanjutnya, “Kanker sebelum ada benjolan sudah memproduksi zat-zat tertentu. Sebelumnya di dalamnya sudah ada bibit yang tidak terlihat. Kanker terapinya sekarang jauh berkembang,” kata dokter yang juga bertugas di RS Wahidin Sudirohusodo ini.

Halaman:

BACA JUGA