ACT memberikan bantuan modal kepada UMKM yang terdampak Covid-19 di Sulsel

ACT Beri Bantuan Modal UMKM di Sulsel yang Terdampak Covid-19

Selasa, 02 Juni 2020 | 15:41 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

MAKASSAR, GOSULSEL.COM — New Normal telah diwacanakan di beberapa negara termasuk di Indonesia. Melalui New Normal ini, negara-negara yang menjadi destinasi “world tour” pandemi Covid-19 berharap bisa kembali menata kehidupan warganya perlahan ke arah pemulihan total.

Meski demikian, sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) khususnya di Indonesia tidak serta merta bisa begitu mudahnya bangkit. PSBB dan lockdown menyisakan cerita tersendiri bagi pelakunya. Di tengah arus manusia dan pergerakan di ruang publik yang dibatasi secara masif, pelaku UMKM harus dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka harus membatasi kapasitas produksi atau malah merugi sama sekali.

Tercatat tidak kurang dari 37.000 UMKM terdampak pandemi Corona, 87% yang terdampak merupakan usaha level mikro. Dari data laporan tersebut, sebanyak 56% UMKM melapor karena terjadi penurunan penjualan, 22% mengaku kesulitan permodalan, 15 persen melapor terjadi distribusi yang terhambat, dan 4 persen melaporkan kesulitan bahan baku. (Kompas, April 2020).

Untuk bangkit, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah menstimulasi usaha mereka untuk tumbuh kembali dengan skema bantuan permodalan. Merespon potensi kemiskinan dari sektor usaha mikro dan ultra mikro ini, Aksi Cepat Tanggap (ACT) meluncurkan sebuah program pemberdayaan UMKM yang bertajuk Sahabat UMI (Usaha Mikro Indonesia). Bantuan permodalan ini menyasar para ibu yang jadi tulang punggung keluarga yang usahanya terdampak pandemi Covid-19.

Ibu Sumarni misalnya seorang janda yang tinggal di Jl. Politeknik Kota Makassar menghidupi tiga orang putrinya dengan berjualan kue tradisional dan menjual barang campuran. Sejak pandemi Covid-19 merebak, dagangannya sepi pembeli. Mahasiswa yang biasa belanja kue tiap hari di kios kecilnya yang terletak di samping salah satu kampus ternama di Kota Makassar diliburkan sehingga pelanggannya berkurang. Dia berkisah hanya mampu membeli beras satu liter untuk dia konsumsi selama 2 hari bersama tiga putrinya. Tak hanya usahanya yang terimbas, salah satu putrinya yang belum lama bekerja di salah satu pusat elektronik di Kota Makassar harus dirumahkan.

Kisah lain datang dari Ibu Farida. Di rumah kontrakannya Jl. Karaeng Loe Sero Raya Kab. Gowa, Ibu Farida tinggal bersama anak dan cucunya. Karena tinggal berjauhan dengan suaminya yang tinggal di Pulau Jawa, dia harus sebisa mungkin bertahan hidup dengan mengandalkan keterampilannya membuat jajanan rempeyek. Selama pandemi ini, dia mengaku dagangannya sering ditolak warung-warung makan. Karena dapurnya harus tetap mengepul, dia harus mencari warung lain. Selain keuntungannya yang tidak seberapa, dia juga harus menunggu keuntungannya sampai berhari-hari sampai dagangannya semua laku terjual.

Merespon program ini, Kepala Cabang ACT Sulsel, Faizal Agunisman menyelipkan harapannya atas program ini. “UMKM adalah salah satu tiang penyangga perekonomian negeri ini. Jika gulung tikar, maka kelompok kemiskinan baru akan segera bertambah di tengah-tengah kita. Dengan adanya program Sahabat UMI ini, diharapkan para pelaku UMKM bisa bangkit kembali sambil menunggu pandemi ini pergi. Kita menargetkan sebanyak mungkin pelaku usaha yang terjaring melalui program ini, namun tentu dengan seleksi berdasarkan kriteria yang ditetapkan,” tuturnya.(*)


BACA JUGA