Ekspor Pertanian Terus Tumbuh di Masa Pandemi, Program Kementan Dinilai Efektif

Minggu, 07 Juni 2020 | 20:47 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

JAKARTA, GOSULSEL.COM — Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan bahwa ekspor pertanian April 2020 sebesar US$ 0,28 miliar atau tumbuh 12,66 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 (YoY), bahkan hanya sektor pertanian yang mengalami kenaikan ekspor secara Year of Year (YoY). Selain itu, BPS merilis data inflasi Mei 2020 berada pada pada posisi rendah angka 0,07% karena berbagai faktor, salah satunya atas dukungan ketersediaan pangan pada Hari Raya Idul Fitri.

Tentang hal ini, Direktur Politika Institute, Zainul Sukrin menilai terciptanya kinerja makro ekonomi ini menunjukkan bahwa program kerja yang diimplementasikan Kementerian Pertanian (Kementan) di tahun 2020, khususnya di masa pandemi Covid-19 sangat efektif dan tepat sasaran. Sebab terjadinya ekspor karena produksi pangan surplus sehingga tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri, namun juga pangan petani Indonesia mampu memenuhi kebutuhan dunia.

“Bila pemerintah khususnya Kementerian Pertanian dapat melakukan ekspor di tengah pandemi dan kebutuhan pangan dalan negeri terpenuhi, maka itu prestasi. Perangkat dan program kerjanya mampu membuat petani bekerja di tengah keganasan virus Corona dengan tetap mematuhi protokol kesehatan,” demikian tegas Zainul diJakarta, Minggu (7/6/2020).

Zainul menambahkan BPS mencatat bahwa inflasi pada Mei 2020 berada pada posisi rendah yakni angka 0,07% karena berbagai faktor, di mana beberapa diantaranya yaitu kesiapan pemerintah dalam mengantisipasi permintaan pangan untuk Hari Raya Idul Fitri. Artinya, produksi dan distribusi pangan selama masa pandemi Corona tidak ada masalah yang berarti.

“Yang penting dicatat di sini selain faktor produksi adalah bahwa kebijakan politik pangan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mampu mengkonsolidasikan semua pihak, pemerintah daerah dan elemen yang bergerak di sektor pertanian dari hulu hingga hilir sehingga tidak ada ego dalam menyediakan pangan,” tegasnya.

Lebih lanjut, Zainul mengapresiai langkah Kementan untuk menjaga ketersediaan pangan yakni mengembangkan rawa di Kalimantan Tengah, diversifikasi pangan lokal, cadangan beras pemerintah dan membangun lumbung pangan masyarakat (LPM). Ini terobosan bagaimana membangun kekuatan pangan dengan tidak semata memacu produksi, tapi manajemen politik pun digunakan.

“Pangan itu kan tidak harus diadakan dari lahan sawah. Kecerdasan dan keberanian membangun sistem dan bersandar pada potensi lokal juga dapat menguatkan pangan. Jadi, maju terus Kementa teruslah menorehkan prestasi,” tandasnya.

Sebelumnya, Guru Besar Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Muhammad Firdaus menegaskan bahwa kondisi ketersediaan pangan pokok nasional secara kumulatif mencukupi meskipun sebarannya belum merata.

Ia juga menegaskan bahwa masing-masing wilayah punya keunggulan dan kapasitas produksi. Yang terpenting, katanya, ketersediaan secara agregat nasional harus mencukupi. Menurutnya, sistem distribusi perlu ditata. Tujuannya adalah mengurangi disparitas harga antar-wilayah.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menjamin ketersediaan pangan khususnya 11 komoditas pangan dasar harganya stabil dan stoknya pun aman. Berbagai terobosan dijalankan untuk menjamim stok dan kelancaran distribusi pangan ke masyarakat.

“Makanya saya masih harus turun untuk memberikan dukungan agar petani makin kuat menjaga alur-alur ketersediaan pangan,” tegas Syahrul.

Syahrul menyebutkan menghadapi puasa dan menjelang lebaran selama pandemi, Kementan melakukan upaya untuk menjamin ketersediaan bahan pangan dengan hadirnya Toko Mitra Tani di setiap provinsi. Kemudian menggandeng layanan transportasi berbasis online serta marketplace dan sejumlah startup bidang pertanian.

“Kami pun aktif melakukan operasi pasar dan distribusi bahan pangan dari daerah yang surplus ke daerah yang mengalami keterbatasan,” tuturnya.(*)


BACA JUGA