Pedagang sapi kurban, Masrab, dan puluhan hewan jualannya, saat ditemui di Jln. Tun Abdul Razak, Gowa, Kamis (30/7/2020)

Sehari Jelang Lebaran, Pedagang Sapi Curhat Soal Penjualan Turun Hingga 50 Persen

Kamis, 30 Juli 2020 | 18:59 Wita - Editor: Andi Nita Purnama - Reporter: Sandi Darmawan - Gosulsel.com

GOWA, GOSULSEL.COM — Sehari menjelang hari raya Idul Adha, banyaknya penjual sapi kurban di Jalan Tun Abdul Razak tentu menjadi pemandangan yang sangat lazim bagi masyarakat Makassar dan Gowa.

Di wilayah itu, memang kerap dijadikan tempat perdagangan sapi maupun kambing oleh masyarakat khususnya peternak lokal maupun yang datang dari luar kabupaten.

pt-vale-indonesia

Pada tahun ini, para pedagang musiman itu berkeluh, sebab penjualannya tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Hal ini tentu tidak lain akibat pandemi Corona yang masih terus menjadi perhatian pemerintah dan publik hingga saat ini.

Mansyur salah satunya, lelaki 52 tahun itu bercerita bahwa di musim kurban kali ini, penjualannya paling kecil, hanya sekitar 50 ekor saja yang terjual. Pada tahun sebelumnya, ia mengaku bisa menjual 80 hingga 100 ekor sapi dalam jangka waktu 20 hari.

“Di tahun ini yang paling kecil laku, hanya sekitar setengahnya dari tahun lalu,” bebernya saat ditemui di tempat penampungan sapinya, Kamis (30/7/2020).

Ia mengaku, sejak 10 tahun lalu menjalankan bisnis musiman ini, pesanan sapinya sangat berkurang tahun ini, khususnya pesanan dari masjid – masjid.

“Dulu langganan di masjid- masjid biasanya pesan 15-20 ekor, sekarang hanya sekitar 8-10 ekor saja yang pesan,” ucapnya lirih.

Ia tak menampik bahwa kurangnya pesanan ini tentu pengaruh langsung akibat pandemi Corona yang mempengaruhi roda ekonomi di beberapa wilayah termasuk Gowa ini.

“Kita mau apa, yang pasti masih bisa jualan dan langganan masih ada meski jumlahnya berkurang,” tepisnya.

Berkurangnya jumlah pesanan sapi ini tentu sangat berpengaruh bagi pendapatan Mansyur. Sebab ia juga masih harus mengeluarkan beberapa biaya tambahan, baik untuk biaya pakan maupun biaya administrasi.

“Mana pengeluaran tetap juga, seperti pakannya yang cukup mahal, dalam sehari misalnya untuk 50-80 sapi pakannya seharga Rp600 ribu hanya untuk 2 hari saja, kalau sampai 20 hari berapa memang, belum lagi sewa lahan, beli air dan gaji penjaga, banyak pokoknya,” cetusnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh pedangang lainnya. Masrab lelaki kelahiran Bulukumba itu menuturkan bahwa di tahun ini langganannya banyak yang tidak berkurban.

“Tahun ini sekitar 20 langganan saya tidak kurban,” singkatnya.

Lelaki 53 tahun itu mengatakan, selama 20 tahun ia menjalani profesi itu, juga merasakan hal yang sama dengan Mansyur, yakni penurunan jumlah penjualan tahun ini.

“Berkurang juga jualan karena beberapa langganan tadi tidak berkurban, tapi untungnya banyak pembeli baru yang datang,” jelasnya.

Di tahun ini ia menurunkan sebanyak 67 ekor, hingga hari ini, ia mengaku sebanyak 65 telah terjual. Jenis sapi yang ia jual yakni jenis sapi Bali, sebab kata dia dari tahun-tahun sebelumnya memang jenis inilah yang paling banyak diminati.

“Mungkin karena ukurannya yang proporsional dan harganya terjangkau di banding jenis sapi lainnya seperti brahma atau limosin,” ungkapnya.

Ia juga menambahkan bahwa di tahun ini, ada kenaikan harga sapi, yang tentu berpengaruh terhadap keuntungan yang diperolehnya, sebab sapi – sapi yang dijual oleh Masrab merupakan sapi yang dibeli oleh peternakan masyarakat di beberapa tempat di Kabupaten Bantaeng.

“Kenaikan ini rata-rata 500.000 ribu, makanya harga sapi untuk saat ini yang beratnya 60-70 kg dibanderol seharga Rp11.500.000, sementara yang beratnya sampai 100 kg dihargai Rp15 juta ke atas,” lanjutnya.

Keluhan pedagang sapi itu memang telah diprediksi oleh Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan Gowa, Suhriati beberapa waktu lalu. Ia memperkirakan akan ada penurunan pembeli hewan kurban sebanyak 30%.

“Tentu dampak Corona ini sangat berpengaruh terhadap ekonomi kita semua, makanya penurunan jumlah pembeli hewan kurban tentu akan terjadi nanti,” tutupnya.(*)


BACA JUGA