Ketua Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Maros HA Harmil Mattotorang
#

Andi Toto: Pancasila adalah Sari Pati Seluruh Nilai Kebudayaan

Kamis, 01 Oktober 2020 | 18:59 Wita - Editor: Dilla Bahar - Reporter: Muhammad Yusuf - GoSulsel.com

MAROS, GOSULSEL.COM– Pancasila dilahirkan dalam sebuah momen paling monumental dalam sejarah Indonesia. Nilai-nilai yang dikandung Pancasila mewakili pandangan terdalam seluruh elemen bangsa. Melalui konstitusi negara, Pancasila menjadi nilai dasar dan kesepakatan bersama di awal berdirinya Republik Indonesia.

Seiring perjalanan dan dialektika Indonesia dengan berbagai respons yang bermunculan Pancasila mampu tetap hidup. Mulai dari keraguan, kesalahpahaman, hingga distorsi, datang silih berganti. Namun dalam kenyataannya, Pancasila tetap teguh menjadi perekat utama.

Ketua Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Maros HA Harmil Mattotorang sangat yakin Pancasila mampu berdialektika di segala tantangan zaman. Sebab, Pancasila merupakan falsafah yang juga lahir dari sari pati kebudayaan yang tersebar di Nusantara.

“Hal yang mendasar yang bisa kita petik dari Pancasila adalah semangat gotong royong. Sebagai implementasinya kita masih mengedepankan estetika. Bugis-Makassar lebih mengenalnya sebagai sipakainge, sipakatau dan sipakalebbi dan seterusnya. Ini adalah modal yang kita miliki dari Pancasila,” ujar Andi Toto akrabnya disapa. Kamis (1/10/2020).

Calon Bupati Maros yang akan berpasangan dengan HA Ilham Nadjamuddin itu juga menilai, ruang kehidupan politik saat ini wajib mengutamakan semangat itu. Semisal kebijakan yang akan dirumuskan oleh Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat terkhusus di Kabupaten Maros mesti mengedepankan nilai dasar tersebut, agar terciptanya keadilan dan kemakmuran bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa ada tendensi yang menguntungkan golongan atau kelompok tertentu.

“Ini yang harus menjadi perhatian semua pemangku kepentingan. Semangat ini harus dijaga terlebih lagi dalam meramu produk kebijakan,” jelas calon Bupati Maros dengan tagline Maros Unggul ini.

Dasar negara yang menjadi kiblat berkehidupan berkebangsaan dan bernegara ini baru akan benar-benar bisa ter implementasikan jika politik tidak digiring kepada hal keinginan untuk menang sendiri.

“Ia (Pancasila) tidak boleh menjadi klaim golongan tertentu. Akan tetapi, representasi kebersamaan kita semua dan yang terpenting adalah mimpi semua anak bangsa,” terangnya.

Keturunan “Karaeng Lau” ini menerangkan, ditengah gerusan tantangan zaman yang semakin hari semakin kompleks, perlu adanya upaya baru bersama dalam menyampaikan makna mulia dari Pancasila.

“Upaya baru mesti ditumbuhkan agar esensi ini tersampaikan. Jika tidak, kita akan semakin rapuh terlebih lagi dalam hal berbudaya,” tutupnya.(*)


BACA JUGA