Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alam Syah dalam Rapat Koordinasi Sawit Nasional dengan tema, ‘Menjaga Resiliensi Perkebunan Indonesia 2023 dan Akselerasi Peremajaan Sawit Rakyat’, Senin (27/02/2023)/ Foto: Humas Kementan

Kementan Jaga Resiliensi Perkebunan Indonesia 2023 demi Akselerasi PSR

Senin, 27 Februari 2023 | 14:04 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

JAKARTA, GOSULSEL.COM — Sektor pertanian saat ini terus menjadi andalan perekonomian nasional di tengah kondisi ketidakpastian perekonomian dunia. Perekonomian nasional secara umum menunjukkan ketahanan dengan ditopang peningkatan permintaan domestik, investasi dan inflasi yang terus terjaga serta berlanjutnya kinerja positif ekspor.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS, angka sementara), nilai ekspor pertanian Januari-Desember 2022 adalah sebesar Rp640,56 triliun atau naik 3,93 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2021. Sub-sektor perkebunan terus menjadi penyumbang terbesar ekspor di sektor pertanian dengan kontribusi sebesar Rp622,37 triliun (97,16%). Ekspor komoditas perkebunan yang melonjak pada tahun 2022 paling besar disumbang komoditas kelapa sawit dengan nilai Rp468,64 trilyun (75,30%). Hal ini menunjukkan bahwa peluang ekspor komoditi perkebunan seperti kelapa sawit sebagai salah satu sumber devisa negara masih terus meningkat.

pt-vale-indonesia

Menteri Pertanian, Syahrul Yasil Limpo (Mentan SYL) mengatakan kontribusi kelapa sawit ditopang luas areal tutupan kelapa sawit nasional yang telah mencapai 16,38 juta hektare, dimana sekitar 6,9 juta hektare merupakan milik pekebun sawit rakyat. Kondisi kebun sawit rakyat kita terus menghadapi tantangan besar terkait produktivitas.

Produktivitas yang rendah serta penggunaan agro input yang belum maksimal menjadi tantangan utama pekebun sawit Indonesia. Selain itu, produktivitas sawit nasional baru mencapai 3–4 ton per hektare setara CPO. Hal ini dapat mengancam masa depan sawit rakyat Indonesia jika tidak lakukan suatu langkah komprehensif. Pemerintah melakukan upaya perbaikan dari sektor hulu perkebunan kelapa sawit rakyat dengan cara penggantian tanaman tua atau tidak produktif melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Dari luas areal sawit rakyat tersebut, setidaknya terdapat 2,8 juta hektare yang potensial untuk diremajakan.

Peningkatan produksi dan produktivitas kelapa sawit dengan pemanfaatan dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) melalui program PSR dimulai sejak tahun 2017 dengan sasaran kebun-kebun sawit rakyat dengan tanaman tua (lebih dari 25 tahun), produktivitas rendah, dan sudah waktunya diremajakan. Setiap tahun program PSR ditargetkan seluas 180.000 hektare yang tersebar di 21 provinsi sentra kelapa sawit.

Pemerintah terus melakukan koordinasi dengan Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat Provinsi, Dinas yang membidangi perkebunan tingkat Kabupaten, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspek-PIR), Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Perusahaan Perkebunan dalam rangka koordinasi dan sinkronisasi data potensi peremajaan sawit rakyat.

Pada Rapat Koordinasi Kelapa Sawit Nasional ini dilakukan penandatanganan komitmen bersama antara Direktur Jenderal Perkebunan Kementan dengan Direktur Jenderal Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang Kementerian ATR/BPN. Upaya ini dilakukan dengan tujuan mendorong program PSR dapat berjalan lebih cepat lagi dan lebih baik lagi.

“Kita harus pastikan Program PSR ini dapat berjalan dengan baik, dan saya percaya forum PSR ini akan menghasilkan sesuatu yang dapat bermanfaat bagi rakuat Indonesia,” ucap Mentan Syahrul.

Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alam Syah mengungkapkan bahwa Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) merupakan momentum perbaikan tata kelola perkebunan sawit rakyat secara berkelanjutan sebagai wujud komitmen bersama meningkatkan produktivitas kebun rakyat yang pada akhirnya untuk peningkatan kesejahteraan pekebun. Peremajaan sawit rakyat jangan hanya dipandang bagaimana cara kita memperbaiki tanaman kelapa sawit yang sudah tua atau tidak produktif saja. Tapi peremajaan sawit rakyat harus mampu menciptakan inovasi, optimalisasi sumber daya lahan serta pemberdayaan bagi petani sawit. Lahan PSR dapat dioptimalkan untuk memberikan tambahan pendapatan bagi peserta PSR seperti integrasi dengan tanaman sela (tanaman palawija) dan juga dengan ternak.

“Hari ini secara khusus saya mengajak semua pihak yang terlibat dalam program PSR menjadikan hari ini sebagai momentum kebangkitan Program PSR dan perbaikan tata kelola sawit ini diharapkan sawit Indonesia yang berkelanjutan akan terwujud melalui sinergi multi pihak, sehingga dapat mendorong meningkatkan produksi, nilai tambah dan daya saing kelapa sawit Indonesia,” ucap Andi.(*)


BACA JUGA