Andi Luhur Priyanto, Dosen Ilmu Pemerintahan di Unismuh Makassar

Diskusi Political Outlook 2019, Luhur Priyanto Dipanel Dengan Dua Peneliti Luar Negeri

Selasa, 18 Desember 2018 | 01:36 Wita - Editor: Irwan Idris - Reporter: Muhammad Fardi - GoSulsel.com

MAKASSAR, GOSULSEL.COM – Dua peneliti asal Singapura jadi pembicara pada dialog political outlook 2019 Fisip Unismuh Makassar, di Minihall Fisip Unismuh Gedung Al Iqra lantai 5, Jalan Sultan Alauddin, Makassar, Senin (16/12/2018).

Mereka yang hadir dalam diskusi yang bertajuk “Lanskap Konservatisme Politik Islam di Indonesia: Tantangan dan Respon” ini adalah Prof. Dr. Leonard Sebastian (Associate Professor, S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore), Andar Nubowo, DEA (Assiciate Research Fellow RSIS, NTU Singapore).

pt-vale-indonesia

Kedua narasumber tersebut dipanel dengan Akademisi FISIP Unismuh Makassar yang juga adalah pengamat politik, Andi Luhur Prianto.

Dalam pemaparannya, Coordinator of Indonesia Studies IDSS, RSIS NTU Singapore, Prof. Leonard Sebastian menjelaskan lanskap konservatisme politik Islam secara global, regional dan nasional.

“Perubahan situasi politik di Indonesia membawa kebangkitan gerakan-gerakan Islam baru, di masa rezim Orde Baru mengalami tekanan rezim,” kata Leonard.

Dia juga menggambarkan perubahan lanskap hubungan Indonesia dan Singapura.

Sementara itu, DEA peneliti RSIS NTU yang merupakan Alumni EHESS Sorbone Universite Paris Perancis, Andar Nubowo mencoba mengekplorasi pengaruh konservatisme politik muslim pada agenda elektoral 2019.

Dia memaparkan senjakala posisi ‘Islam resmi’ seperti Muhammadiyah dan NU serta kebangkitan Islam baru.

“Banyak tokoh-tokoh agama baru yang lahir dari komoditisasi industri budaya populer, yang menjadi cikal bakal puritanisme baru,” jelasnya.

Dari perspektif lokal Sulawesi Selatan, Andi Luhur Prianto, Akademisi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unismuh Makassar, menggambarkan fenomena konservatisme keagamaan dan lanskap politik yang berubah.

“Konservatisme politik memang punya akar kultural yang kuat di Sulawesi Selatan, meskipun lanskap dan strategi gerakan terhadap lahirnya gerakan konservatisme baru,” tutur Luhur.

Untuk diketahui, acara ini di buka oleh Dekan FISIP Unismuh, Dr. Ihyani Malik. Turut di hadiri oleh jajaran dosen dan puluhan mahasiswa di lingkup FISIP Unismuh. Dalam sambutannya, Ihyani Malik mengapresiasi kegiatan Diskusi Political Outlook 2019 dan berharap institusi pendidikan tetap berkontribusi pada peningkatan keadaban politik.

Dijelaskan pula, diskusi ini bertujuan melakukan evaluasi politik 2018 dan sekaligus proyeksi politik 2019.(*)


BACA JUGA