FOTO: Manager Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI), Nursandy Syam/Ist

NasDem – PDI Perjuangan Parpol “Seksi” di Pilwali Makassar

Jumat, 03 Januari 2020 | 19:31 Wita - Editor: Muhammad Fardi -

Penulis: Nursandy Syam
Manager Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI)

MAKASSAR, GOSULSEL.COM – 2020 merupakan tahun krusial dalam perburuan dukungan partai politik bagi figur bakal calon wali kota maupun wakil wali kota yang serius masuk ke arena kontestasi. Pasalnya, tahapan kandidasi di sejumlah Parpol semakin mendekati fase finalisasi.

pt-vale-indonesia

Sejumlah parpol seperti PDIP, NasDem, Golkar, PKS dan PAN telah lebih awal membuka pendaftaran. Beberapa Parpol bahkan telah memasuki separuh jalan terkait seleksi bagi sejumlah figur bakal calon wali kota maupun wakil wali kota Makassar.

Berkaca pada manuver Parpol, NasDem -PDI Perjuangan terlihat melangkahi Parpol lain dari sisi wacana. Pergerakan dua parpol ini begitu mencuri perhatian publik kota Makassar. Dominasinya bisa kita lihat dari pemberitaan dan diskusi di Warung kopi maupun percakapan di Group WhatsApp. Nyaris tak ada figur yang enggan menginginkan dukungan dua parpol itu. Yah, NasDem – PDI Perjuangan lagi tampil “seksi” di mata figur-figur yang ingin menjadikannya sebagai kendaraan politik.

Meraih dukungan NasDem-PDI Perjuangan bisa dikatakan ‘bekal mewah’ bagi figur bakal calon wali kota maupun wakil wali kota untuk bertarung. Bagi penulis, ada beberapa hal yang menguatkan argumentasi itu.

Pertama, perolehan kursi di parlemen. Baik NasDem maupun PDI Perjuangan sama-sama memiliki 6 (enam) kursi. Mengacu syarat dukungan, dua parpol ini tidak bisa mengusung sendiri tapi dukungannya akan mempermudah bagi siapapun figur untuk mencukupkan syarat dukungan politiknya.

Kedua stok kader. NasDem dan PDI Perjuangan masing-masing mendorong kader internal untuk bertarung. Nasdem memiliki kader mumpuni dalam diri Danny Pomanto dan Andi Rahmatika Dewi, sementara PDI Perjuangan mendorong Andi Yagkin Padjalangi dan Taufiqqulhidayat Ande latif untuk mengincar posisi wakil Wali Kota. Hal ini memberi petunjuk negosiasi bagi figur eksternal terkait arah dukungan kedua parpol itu.

Ketiga, insentif elektoral. Meski Pilkada adalah ajang pertarungan figur bukan parpol, besar kecilnya party ID tetap memiliki pengaruh, apalagi dua parpol ini sangat nasionalis sehingga memiliki relevansi elektoral dengan publik kota Makassar yang heterogen.

Keempat, sumber daya pemenangan. NasDem dan PDI Perjuangan memiliki kader-kader yang bisa menjadi “vote getter” sehingga akan sangat membantu kerja-kerja elektoral. Tak hanya itu, NasDem ataupun PDI Perjuangan punya kemampuan menambah dukungan finansial bagi figur kandidat yang diusung. Mengingat NasDem banyak dihuni oleh kalangan pengusaha sedangkan PDI Perjuangan adalah partai penguasa saat ini.

Kelima, perlindungan hukum. Sudah menjadi perbincangan publik bahwa NasDem dan PDI Perjuangan terindikasi memiliki relasi yang kuat dengan institusi penegak hukum hari ini, sehingga bagi figur kandidat yang merasa “was-was” akan kasus hukum bisa sedikit bernafas lega. Dukungan itu bisa dimanfaatkan sebagai langkah antisipasi untuk menutup celah yang bisa dimanfaatkan oleh kompetitor.

Mencermati dinamika Pilwalkot Makassar saat ini, dukungan NasDem dan PDI Perjuangan tak hanya memperkuat figur kandidat yang diusung, tapi akan ikut menentukan jumlah kontestan yang akan bertarung di Pilwalkot Makassar.

Dua hal yang menarik kita tunggu dari NasDem dan PDI Perjuangan, kepada siapa dukungan dari dua parpol ini diberikan? Apakah kedua Parpol tersebut menyatu dalam gerbong koalisi atau menempuh jalan sendiri-sendiri untuk berseteru? Tentu NasDem dan PDI Perjuangan akan menakar untung dan ruginya.

Semoga saja melahirkan keputusan yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat dan masa depan bangsa.(*)


BACA JUGA