(FOTO: Alfianti Cahya Utami, gadis asal Luwu yang memiliki berbagai talentaKamis, 6 Oktober 2016/Marwan Paris/GoSulsel.com)

Merapal Karakter Gadis Luwu pada Diri Alfianti Cahya Utami

Kamis, 06 Oktober 2016 | 16:47 Wita - Editor: Irwan Idris - Reporter: Marwan Paris - GoSulsel.com

Makassar, GoSulsel.com – Tak disangka dalam jiwa gadis yang bekerja sampingan sebagai Sales Promotion Girls (SPG) nan ayu ini terdapat passion seorang petualang sejati. Alfianti Cahya Utami, gadis 21 tahun asal kota Palopo yang ditemui Gosulsel.com, Rabu (5/10/2016) di POMA 2016 ternyata punya hobi hiking ke gunung.

“Saya punya hobi mendaki, memang agak kontras kelihataanya dengan SPG. Kan ini cuma kerja sampingan saya sebagai mahasiswa. Mumpung ada waktu luang bisa cari rejeki, kenapa tidak,” kata dara yang akrab disapa Alfi ini.

pt-vale-indonesia

Alfi yang kuliah di STIEM NITRO angkatan 2014, selain kerja sebagai SPG, ternyata juga punya kerja sampingan lain sebagai model. Potensi wajah cantik dan tubuh yang indah menjadi peluang bagi dia untuk mendapatkan uang tambahan di sela kesibukannya di ruang kuliah.

“Juga kebetulan saya lagi kerja selingan sebagai model. Pastinya tidak terikat dengan agensi manapun hanya sekedar freelance. Itupun saya kadang dipanggil fashion show kalau lagi ada launching busana dan butuh seorang model,” kata Alfi.

Menjadi seorang pegawai bank suatu saat nanti bagi gadis penikmat kapurung ini merupakan cita-citanya sejak awal. Namun kecintaannya dengan alam membuat dirinya suka menggeluti dunia traveling. Sudah banyak daerah yang didatangi olehnya. Seperti pernah ke gunung Bawakaraeng, Tanralili di Kabupaten Gowa, dan ke gunung Bulusaraung di Kabupaten Pangkep.

Ia mengungkapkan pula bahwa mendaki di Sulawesi itu memiliki keunikan tersendiri dibandingkan daerah-daerah lainnya di luar pulau Sulawesi.

“Menariknya gunung di Sulawesi itu karena rutenya itu agak sulit. Rute untuk pendakian di Sulawesi itu emang agak cukup sulit karena medannya yang menantang. Ada yang terjal, curam, vegetasinya rapat dan berkelok-kelok. Beda dengan di Jawa yang kebanyakan landai,” terangnya.