Menjumpai Yuliana di Kallenkote
Halaman 1
Makassar, Sulsel.com – Apabila Anda sedang berada di Kota Amsterdam, Belanda, cobalah naik kereta ke kota Steenwijk. Dari stasiun Steenwijk, lanjut lagi perjalanan bus sekira 5 kilometer ke sebuah desa bernama Kallenkote.
Di Kallenkote, Anda tak akan merasa asing. Sejak 20 tahun lalu, sebuah keluarga kecil mendirikan taman burung di desa ini. Taman burung itu lambat laun berubah jadi kebun binatang. Namanya Dierenpark (Kebun Binatang) Taman Indonesia.
Koleksi binatang di Dieren cukup istimewa karena jarang bisa dijumpai di alam liar di Indonesia. Ada berbagai macam burung asal Indonesia, luwak, kucing harimau (bukan harimau yang besar), berang-berang, binturung (sejenis musang bertubuh besar mirip beruang madu), landak, dan lain-lain.
Di Dierenpark juga Anda bisa bertemu dengan seorang perempuan Makassar. Namanya N Yuliana Wareman Natsir. Ia menikah dengan anak kedua dari keluarga pendiri taman.
Sehari-hari Yuli, sapaan akrabnya, berada di belakang bar dan dapur, menyambut dan melayani tamu yang ingin minum, makan, dan membeli barang di toko mereka. Yuli yang dulu tak terlalu mahir memasak, kini ketika akrab dengan dapur di Dierenpark, malah jadi hobi memasak.
Halaman 2
“Semenjak pindah ke sini, hobiku adalah memasak dan berkebun. Kalau berkebun memang dari kecil sudah mahir, termasuk green fingers kata orang. Tapi sekarang saya sudah tidak masak untuk zoo karena kami sudah punya juru masak,” kisah Yuli kepada GoSulsel.com via online, Selasa (15/09/2015).
Di Kallenkote, bisa dibilang bahwa Yuli adalah satu-satunya orang Makassar. Bahkan satu-satunya orang Indonesia tulen. Sebenarnya di sana ada beberapa orang Indonesia juga namun blasteran.
“Di Kallenkote, saya sendiri yang orang Makassar dan orang asli Indonesia. Di kota ada beberapa orang Indonesia juga tapi asal dari pulau lain,” ungkap Yuli.
Meski demikian, baginya, tak ada rasanya perbedaan berada di Makassar dan di Kallenkote karena ia sudah beradaptasi dengan orang-orang lokal. Ditambah lagi menu di Dierenpark hanya masakan Indonesia.
“Iya, di sini hanya menu Indonesia. Yang dimasak adalah masakan yang umum dan yang paling dikenal di Belanda. Soto ayam, nasi goreng, sate, gado-gado, nasi remes, nasi campur (rendang, pepes, lodeh, dan lain-lain),” terang Yuli yang menyukai sup sayuran ini.
Halaman 3
Tiap bulan Dierenpark juga mengadakan pasar yang dalam kacamata orang Belanda seperti bazaar; ada makanan dan musik. Tema pasarnya pun berbeda di tiap bulan, sesuai musim libur dan hari-hari besar. Semisal pasar makanan yang isinya bermacam-macam makanan dan jajanan khas Indonesia.
Selain itu, para tamu juga banyak yang merupakan orang Indonesia.
“Oh yah, tamu yang datang berkunjung ke Taman Indonesia, selain orang Belanda, Indo-Belanda, juga banyak yang asal Indonesia. Dari berbagai macam pulau. Banyak juga yang dari luar Belanda seperti Belgia, Jerman, Perancis, Inggris, dan lain-lain,” jelas Yuli.
Kendati merasa tak ada perbedaan, namun Yuli tetap menjadwalkan kepulangannya ke Makassar.
“Tiap tahun 1-2 kali pulang ke Makassar. Akhir tahun saat di sini musim salju maka taman tutup selama 3 bulan,” kata Yuli.
Reporter: Nilam Indahsari – GoSulsel.com