Petani menampi hasil panen (Zulkifli/gocakrawala)

Gabah Turun, Nilai Tukar Petani Ikut Anjlok

Senin, 02 November 2015 | 18:18 Wita - Editor: Baharuddin - Reporter: Sutriani Nina - Go Cakrawala

Halaman 1

Makassar,GoSulsel.com – Badan Pusat Statistik Sulsel melansir, harga pedesaan pada oktober 2015, Nali Tukar Petani (NTP) Sulsel secara umum mengalami penurunan sebesar (-0,57) persen, dibandingkan September 2015, yaitu dari 106,43 menjadi 105,83.

“NTP turun disebabkan indeks harga hasil produksi pertanian mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupin untuk keperluan produksi pertanian,” kata Kepala Badan Pusat Statistika, Nursam Salam, 2 November 2015.

pt-vale-indonesia

Bila dibandingkan dengan NTP september 2015, empat dari lima subsektor mengalami penurunan, yaitu subsektor Padi Palawija sebesar (-0,20 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar (-1,39 persen), subsektor peternakan sebesar (-1,04 persen), dan subsektor perikanan sebesar (-0,91 persen).

Halaman 2

Indeks harga yang diterima petani menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada oktober 2015 indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan pada subsektor padi palawija sebesar 0,02 persen.

Subsektor Holtikultura mengalami kenaikan pada subsektor sebesar 1,15 persen, Subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar (-1,13 persen), dan subsektor peternakan turun sebesar (-0,91 persen), sedangkan subsektor perikanan mengalami penurunan sebesar (-0,58 persen).

Kenaikan yang terjadi pada indeks yang diterima petani karena subkelompok palawija naik sebesar 2.38 persen walaupun subkelompok padi mengalami penurunan sebesar (-1.08) persen dan indeks yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan pada subkelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0.28 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0.04 persen.

Halaman 3

“Penurunan NTP tersebut karena salah satunya dipengaruhi dengan harga gabah yang ikut menurun sebesar 1 persen dari bulan sebelumnya. Sementara untuk produksi padi pada tahun 2015 di Sulsel pada angka ramalan II (ARAM II) diperkirakan sebanyak 5.53 juta ton GKG yang terdiri dari padi sawah 5.35 juta ton dan padi ladang 0.18 juta ton,” terangnya.

Nursam melanjutkan, angka tetap (ATAP) 2014 produksi padi di Sulsel sebanyak 5.43 juta ton gabah kering giling yang terdiri dari 5.27 juta ton padi sawah dan 0.15 juta ton padi ladang.

“Kenaikan ini dikarenakan dengan bertambahnya luas panen,” katanya.

Halaman 4

Luas panen itu disebutkannya sebesar 16.2 ribu hektar (1.56 persen) dan meningkatnya produktivitas sebesar 0.23 kuintal per hektar (0.44 persen).

Secara terpisah, Kepala bagian produksi Pangan, Aris Mappeanging menanggapi dengan penurunan harga gabah yang disampaikan sebelumnya jika  untuk hal tersebut dikatakannya malah membaik, dengan melihat bagaimana harga yang ditentukan pemerintah sebesar Rp3.700 dan untuk harga dipetani diterimanya mencapai Rp5.200.

“Persoalan harga kita membaik, tidak ada penurunan kok.” Ujarnya via seluler.


BACA JUGA