#Citizen Reporter
LDII Sulsel: Bela Negara Bukan Militerisasi Warga Sipil
Halaman 1
Makassar,GoSulsel.com – Bela negara bukanlah upaya memiliterisasi masyarakat sipil. Bela negara adalah wujud kecintaan terhadap tanah air. Bela negara adalah bagian dari kebanggaan berbangsa dan bernegara.
Menurut Wakil Komandan Rindam VII Wirabuana Letkol Inf Priono, kurikulum bela negara sengaja dirancang untuk mendukung pembinaan mental. “Materi pelatihan bela negara untuk menumbuhkan kepemimpinan, cinta tanah air, rela berkorban, dan kesadaran berbangsa dan bernegara,” kata Priono saat menerima kunjungan Pengurus Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulsel di Markas Rindam VII Wirabuana, Jalan Poros Malino, Pakkatto, Kabupaten Gowa, Sulsel, Rabu (11/11/2015).
Dalam rapat koordinasi tersebut, hadir Sekretaris LDII Sulawesi Selatan Asdar Mattiro dan Wakil Ketua Suyitno Widodo.
Letkol Priono mengutarakan, di negara tetangga, semangat bela negara terus dikobarkan. “Ternyata, negara yang sudah maju melanjutkan budaya militansi. Di Singapura, semua elemen organisasi sudah siap membela negara. Di Korea Selatan, umur 17 tahun sudah siap membela negara. Bintang film juga ikut. Tidak memandang profesi,” katanya.
Halaman 2
Bahkan, kata Priono, pemimpin harus memiliki rasa cinta tanah air yang kuat. “Pemimpin kedepan harus punya visi kebangsaan yang kuat,” lanjut komandan bela negara ini.
Sementara Asdar Mattiro mengatakan, program yang LDII susun bersinergi dengan program TNI. “Muswil LDII Sulawesi Selatan beberapa saat yang lalu menghasilkan empat kluster. Pertama, klaster bela negara dan wawasan kebangsaan. Bahwa bela negara bukan hanya tugas TNI. Bagi LDII, NKRI harga mati,” katanya.
Menurut Rencana, LDII Sulawesi Selatan dan Kodam VII Wirabuana bekerjasama menyelenggarakan diklat bela negara dan wawasan kebangsaan bagi 200 pimpinan LDII se-Pulau Sulawesi. Kegiatan ini akan digelar mulai Senin (23/11/2015) hingga Jumat (27/11/2015) di Markas Rindam VII Wirabuana, Jalan Poros Malino, Pakkatto, Kabupaten Gowa, Sulsel.
Materi yang akan diberikan diantaranya, materi proxy war, wawasan kebangsaan, pelatihan menembak, outbond, caraka malam, dinamika kelompok, dan materi etos kerja. Dalam diklat, peserta akan mengenakan topi baja laiknya anggota TNI saat latihan. (*)