
Tilik Cerita Budaya Sulawesi di Museum I La Galigo Fort Rotterdam
Halaman 1
Makassar, Gosulsel.com – Sulawesi Selatan merupakan daerah yang memiliki cukup banyak warisan budaya dari berbagai cerita nenek moyang terdahulu. Cerita-cerita ini bisa kita temui sebagian artefaknya di Museum I La Galigo yang terletak di dalam Fort Rotterdam.
Nama museum ini diambil dari nama karya sastra klasik Bugis. Karya ini adalah karya terpanjang yang ada di dunia. Karya ini juga tersimpan apik di tempat ini berikut berbagai koleksi warisan budaya kerajaan-kerajaan zaman dulu serta alat tradisional yang dipakai.

“Di museum ini kita bisa lihat berbagai banyak cerita singkat mengenai La Galigo yang merupakan putera raja titisan langit, menurut kisahnya,” ujar Rizki Amelia ketika berbicang dalam Museum I La Galigo dengan GoSulsel.com, Senin (21/12/2015).
Menurut pantauan GoSulsel.com, museum ini dibagi jadi 2 ruangan di lantai 2-nya. Sedangkan di lantai dasarnya, kita bisa jumpai berbagai lukisan atau gambar yang bercerita tentang awal mula Sawerigading dilahirkan. Bisa juga menyaksikan cerita beberapa tokoh yang jadi pemberi petuah di langit.
“(Tentang para awal mula Sawerigading dilahirkan) Kita juga bisa liat secara langsung gambarnya. Di situ dijelaskan tentang Batara Guru di Botting Langi’. Dalam ceritanya, Datu’ Patoto memanggil ke-9 anaknya dan melakukan musyawarah. Dari ke-9 anak itu, cuman ada 1 yang terpilih turun ke bumi yang masih kosong sebagi To Manurung (Batara Guru yang terpilih dari ke-9 anak itu),” katanya.
Halaman 2
Selain cerita asal muasal I La Galigo, jejak-jejak peradaban Sulsel sejak masa pemerintahan kerajaan juga bisa ditemui di sini. Dengan berbagai jenis baju tradisional, ayunan bayi, tempat memandikan bayi bangsawan dan kainnya, guci tempat simpan ari-ari, serta ada juga tungku Mammiccu (tungku meludah setelah mengunyah sirih).
“Di ruangan sebelah juga merupakan Museum La Galigo. Di sana menyimpan banyak koleksi peninggalan masyarakat dulu juga, di antaranya ada alat pertanian tradisional dan alat untuk melaut seperti rakkala (alat bajak), lesung (tempat menumbuk padi), bingkung (cangkul), salaga (alat mengatur bongkahan tanah di sawah), parang, sabit, dan lainnya,” urainya.
Ada juga koleksi rumah adat masyarakat Sulawesi Selatan, Saoraja (Bugis), Balla Lompoa (Makassar), Tongkonan (Toraja), dan lain-lain. Adapun koleksi yang lain berupa alat kebutuhan rumah tangga yang sudah terbilang sangat lama.
Memasuki Museum La Galigo, Anda cukup merogoh kantong relatif murah, yakni sebesar Rp 3 ribu sampai Rp 10 ribu rupiah per orang.
Halaman 3
“Kalau orang dewasa Rp 5 ribu, anak-anak Rp 3 ribu, dan turis Rp 10 ribu,” jelas Rizki.
Museum ini dibuka mulai pukul 8 pagi hingga pukul 5 sore tiap hari. Dengan mendatangi lokasi bersejarah ini, bisa menimbulkan kebanggaan dan kekaguman dengan keunggulan kebudayaan kita di masa lalu. Pengunjung yang datang pun tak hanya orang-orang dalam negeri tapi juga mereka yang datang dari berbagai negara.
Halaman 4
Halaman 5
Halaman 6
Halaman 7
(*)