Makassar, GoSulsel.com — Toraja sangat identik dengan serangkaian seremoni adat-kebudayaan dan ritual warisan leluhur. Pada tiap seremoni adat itu, puluhan hingga ratusan kerbau (Tedong) pun dikurbankan. Pada konteks ini, Issudarsono pada tahun 1976 menulis dalam buku Pasar Ternak Rantepao, “kerbau berperan sebagai kebutuhan hidup sosial, ritual, maupun kepercayaan tradisional, kerbau juga menjadi alat takaran status sosial serta transaksi. Dari sisi sosial, kerbau merupakan harta yang bernilai tinggi bagi pemiliknya”.

Melihat banyaknya hewan yang dikurbankan, tentunya terlintas dalam benak anda, dari manakah datangnya semua hewan tersebut?

Tak lain adalah Pasar Hewan Bolu, Rantepao, Toraja Utara. Letaknya sekitar 2 kilometer di timur laut kota Rantepao. Pasar tradisional ini semenjak dahulu jadi urat nadi pertukaran barang dan transaksi ekonomi bagi masyarakat Toraja.

Pasar Bolu terkenal sebagai tujuan wisata yang menarik dan unik untuk dikunjungi. Pasar tersebut adalah salah satu tempat di Rantepao dimana banyak dijual kerbau dan babi untuk memenuhi kebutuhan upacara pemakaman secara adat.

Berbeda dengan pasar tradisional pada umumnya, Pasar Bolu hanya dibuka seminggu sekali dalam 6 hari (sesuai jadwal hari pasar). Pasar ini beroperasi dari pukul 7 pagi hingga petang pukul 6.

Selain hewan, pasar ini menyajikan kebutuhan lain seperti sayur, buah-buahan, kopi, dan komoditi hasil bumi lainnya. Untuk anda, para pelancong dari luar Toraja, anda bisa mendapatkan oleh-oleh berupa kopi khas Toraja berjenis robusta dan arabika yang juga dijual di pasar ini.