
Pasar Bolu & Makna Tedong Dalam Ritual Adat Orang Toraja
Pada hari pasar, jumlah kerbau yang diperjualbelikan dapat mencapai 500 ekor, apalagi ketika menjelang upacara-upacara adat. Pada saat musim pesta tiba di pertengahan tahun, atau saat program ‘Lovely December’, kerbau-kerbau ini naik daun. Omzet penjualan hewan ternak tersebut bisa mencapai angka miliaran rupiah.
Selain banyaknya kerbau yang diperjualbelikan, pasar ini pun akan dipenuhi pengunjung, baik masyarakat lokal maupun wisatawan lokal dan mancanegara yang ingin menyaksikan secara dekat kehidupan sebuah pasar ternak terbesar yang hanya ada di Toraja.

Harga kerbau yang diperjualbelikan, dipatok dari Rp. 5 juta untuk kerbau kecil berwarna hitam, kerbau hitam dengan ukuran agak besar berkisar Rp.10-15 juta. Sementara itu, kerbau berwarna belang (Tedong Bonga), yang merupakan salah satu jenis kerbau unggul, dapat dihargai hingga puluhan juta rupiah.
Sedangkan kerbau albino yang terbilang langka, dapat dibanderol lebih mahal lagi hingga mencapai ratusan juta rupiah. Yang menjadi tolak ukur nilai jualnya, kerbau-kerbau tersebut dilihat dari warna kulit, bulu, postur, tanduk, dan tanda-tanda di bagian tubuh lainnya.
Pada masyarakat Tana Toraja, kerbau memiliki peranan penting dalam stratafikasi budaya dan ekonomi meraka. “Tedong” bukan hanya sekedar hewan biasa, orang Toraja menempatkannya sebagai simbol kemakmuran dan cara mereka melantunkan do’a kepada Sang pencipta semesta.
Tidaklah heran, jika pada saat upacara adat kematian atau yang dikenal dengan nama Rambu Solo’, hewan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat kesejahteraan material bagi keluarga yang mengadakan upacara adat tersebut.(*)
Penampakan Pasar Bolu, Rantepao, Toraja Utara: