Perpaduan Budaya pada Arsitektur Masjid Cheng Hoo di Gowa
Gowa, Gosulsel.com — Berangkat dari era dinasti Ming pada abad ke-15 di Negeri tirai bambu, kisah petualangan seorang panglima legendaris, Laksamana Cheng Hoo dimulai dalam sejarah nusantara. Kini, jejak sejarah itu melekat dalam sebuah bangunan masjid di jalan Tun Abdul Razak, Kabupaten Gowa.
Masjid Muhammad Cheng Hoo, sebuah bangunan indah nan ikonik, suatu bukti kejayaan kaum muslimin dari keturunan etnik tionghoa. Bangunan tersebut berdiri dengan megahnya di lahan seluas 3240 m dekat perbatasan kota Makassar.
Seperti kata Yunus, seorang pengurus masjid tersebut, yang menegaskan bahwa nama masjid ini dipilih untuk mengabdikan nama dari panglima armada laut Tiongkok, Laksamana Cheng Hoo. Ia dikenal sebagai seorang muslim pembawa misi syiar Islam di nusantara.
Untuk konsep bangunan, menurutnya, hampir sama halnya pada setiap daerah-daerah pemukiman tionghoa di nusantara. Seperti masjid Muhammad Cheng Hoo yang ada di Palembang atau pun di Surabaya. Namun, keistimewaan masjid yang ada di Gowa ini dikarenakan punya perpaduan budaya lokal setempat. Sebagaimana yang ia paparkan kepada Gosulsel.com, Sabtu (11/6).
“Di daerah lain kan itu juga ada masjid cheng hoo nya. Sedangkan di masjid ini memang dipadukan antara kultur bugis-makassar dengan tionghoa. Jadi inilah keistimewahannya,” paparnya.
Secara umum, bangunan masjid ini terlihat bergaya khas Tionghoa. Dari pintu masuk saja di sisi jalan, sebuah gerbang menyambut setiap kedatangan. Dalam dua ukiran yakni bahasa indonesia dan tiongkok terukir jelas nama Masjid Muhammad Cheng Hoo.