Jalan Santai di Makassar, SYL is Not Over!

Minggu, 30 Oktober 2016 | 13:36 Wita - Editor: Irwan Idris -

Makassar, Gosulsel.com — Jalan santai Bela Negara di Makassar yang digelar oleh Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI) boleh dikata sebagai bentuk “perlawanan” terhadap kegiatan sejenis yang juga digelar oleh Partai Golkar.  Namun, terdapat beberapa analisa menarik dari kedua kegiatan yang diselenggarakan pada waktu bersamaan, dan lokasi yang hanya berjarak beberapa ratus meter saja.

Publik mungkin menilai bahwa kedua gerak jalan ini adalah manifestasi pertarungan politik antara Syahrul Yasin Limpo (SYL) versus Nurdin Halid (NH). Kita sama tahu, kehadiran NH yang ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPD Partai Golkar Sulawesi Selatan dan menggeser SYL dari tampuk pimpinan telah meninggalkan perasaan kecewa banyak kader Golkar, terutama pendukung loyal SYL.

pt-vale-indonesia

Terlepas dari persaingan antara kedua tokoh ini, jalan santai FKKPI dan Partai Golkar telah mempertegas peta politik menjelang proses Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulawesi Selatan yang semakin dekat. Kita dapat melihat siapa saja tokoh yang hadir di kelompok mana.

Misalnya, Ichsan Yasin Limpo (IYL) yang sempat santer diberitakan akan menggunakan Golkar sebagai kendaraan politik menjelang Pilgub Sulsel, ternyata jelas dan nyata berada di barisan FKPPI. Ichsan mempertegas bahwa ia adalah loyalis kakaknya.

Sementara Agus Arifin Nu’mang yang selama dua periode mendampingi SYL sebagai Wakil Gubernur, memilih untuk bergabung dengan jajaran Partai Golkar.  Nampaknya, beliau memang tidak memiliki pilihan lain, selain mengharapkan Partai Golkar sebagai kendaraan politik menjelang Pilgub nanti.

Tokoh-tokoh yang hadir di arena jalan santai Partai Golkar memperjelas sinyalemen publik bahwa SYL kini semakin disisihkan dari Partai Beringin.  Beberapa tokoh yang selama ini dinilai publik sebagai loyalis SYL, ternyata mempertahankan sikap politik bersama Partai Golkar.  Hal ini mengindikasikan bahwa dari sisi dukungan elit di Partai Golkar, SYL mulai diabaikan.

Namun di sisi lain, ajang ini juga menunjukkan bahwa SYL masih tetap diperhitungkan, khususnya di Sulawesi Selatan.  Dengan hadirnya massa yang begitu besar (awalnya direncanakan sekitar 3.000, ternyata menembus hingga diperkirakan lebih 10 kali lipat) adalah bukti bahwa SYL masih “komandan”.  Ia masih mampu memainkan peran signfikan dalam mengkonsolidasikan relasi politik dengan partai-partai lain seperti Nasdem, PAN, dan Gerindra, serta masih powerfull dalam mengorganisir massa hingga puluhan ribu.

Karakter khas SYL sebagai petarung nampaknya belum pudar.  Kita patut mengingat kembali momentum Pemilihan Gubernur 2008, dimana SYL dengan gagah perkasa menumbangkan dominasi Partai Golkar di Sulsel, sebelum ia kemudian mengambil alih kepemimpinan di partai ini.

Kedua hajatan jalan santai di Makassar pada Minggu (30/10) pagi ini mengirimkan pesan jelas: SYL is not over!

Ishaq Rahman

Dosen FISIPOL Universitas Hasanuddin/Ph.D Candidate, di Graduate School of Global Studies, Doshisha University, Kyoto, Jepang


BACA JUGA