Ilustrasi

Batalkan Pernikahan Anak di Bawah Umur, Kepala Lingkungan di Gowa Dikeroyok

Senin, 29 Mei 2017 | 12:37 Wita - Editor: Baharuddin - Reporter: Harlin - Go Cakrawala

Gowa,GoSulsel.com – Oknum Kepala Lingkungan Parang, Kecamatan Parangloe bernama Abdul Salam Dg Tunru nyaris tewas setelah dikeroyok warga setempat. Korban dikeroyok lantaran membatalkan pernikahan anak di bawah umur.

Aksi pengeroyokan itu terjadi, saat proses pernikahan pasangan dibawah umur, Rif (17) dan Nur (13) di Kelurahan Lanna, Kecamatan Parangloe, Gowa, terjadi Jumat (25/5/2017).

pt-vale-indonesia

Tindakan pengeroyokan itu dialami Abdul Salam di rumah kediaman Nur, calon mempelai wanita. Kejadiannya sekitar pukul 14.00 wita. Pelaku pengeroyokan diduga adalah ayah Nur beserta kerabatnya.

Akibat pengeroyokan itu, Abdul Salam mengalami luka lebam di bagian pipinya. Setelah melakukan visum di puskesmas, dirinya langsung melaporkan kejadian itu ke Mapolsek Parangloe.

“Yang mengeroyok saya banyak orang. Tapi yang pertama pukul saya itu Haeruddin (ayah Nur),” tutur Abdul Salam, Minggu (28/5/2017).

Tidak hanya Abdul Salam yang dikeroyok, adik kandungnya Makmur Bate yang juga hadir pada saat kejadian diancam mau ditikam. Pelaku pengancaman berinisial SBL, juga sudah dilaporkan ke Mapolsek Parangloe.

“Saya dan adik saya diancam mau ditikam oleh Syarif Sibali,” akunya.

Selain melaporkan tindakan penganiayaan dan pengancaman yang dialaminya ke polisi, Ia juga keberatan dengan proses pernikahan Rif dan Nur yang dilakukan tanpa persetujuan dirinya selaku pemerintah setempat. Lebih dari itu, Rif dan Nur juga berstatus masih dibawah umur.

“Pernikahan keduanya dilakukan tanpa persetujuan saya. Pak Sekcam dan Kanit Polsek Parangloe yang hadir dalam pernikahan itu juga saya persoalkan,” ujarnya dengan nada sangat kesal.

Paur Humas Polres Gowa, AKP M Tambunan yang dikonfirmasi wartawan membenarkan kejadian ini. Ia mengatakan, penyebab kejadian dipicu ketidakpuasan keluarga Nur terhadap Abdul Salam.

“Abdul Salam dianggap ingkar atas kesepakatan yang dibuat. Makanya, keluarga Nur marah. Akhirnya pada prosesi pernikahan terjadi kesalahpahaman,” tutur Tambunan.

Suasana kedua belah pihak pun saat itu memanas. Puncaknya, saat Abdul Salam bersama saudaranya marah dan langsung berteriak-teriak sambil melempar batu dan bambu ke arah rumah Haeruddin.

“Abdul Salam mengeluarkan pernyataan batalkan pernikahan dan pergi keluar dari kampung ini karena sudah membuat aib dan mencemari nama baik kampung,” katanya.

Saat berteriak-teriak itulah muncul Syarif Sibali dengan maksud melerai. Terkait kejadian ini, kata dia, aparat kepolisian sementara masih melakukan penyelidikan.

Camat Parangloe, Muh Guntur yang dikonfirmasi sangat menyayangkan kejadian ini.

“Saya sebenarnya tidak terlalu tahu masalah. Tapi jika benar kepala lingkungan dikeroyok, tentu hal ini saya sangat sesalkan,” ucap Muh Guntur.(*)


BACA JUGA