Oryza Coffee dan Ornamen Wanita Pecinta Kopi

Sabtu, 29 Juli 2017 | 16:46 Wita - Editor: Irwan Idris -

Makassar, Gosulsel.com — Wanita pecinta kopi, tulisan ini akan menyambut kita ketika memasuki ruangan berukuran 4 x 5 meter yang berada di Jalan Perintis Kemerdekaan III. Rumah yang terasnya disulap menjadi warung kopi ini, tepatnya terletak di BTN Hamsih Blok B no 23. Oriza Coffee, namanya. 

Warung kopi memang sedang mewabah di Kota Makassar, tidak ada jumlah pasti berapa jumlah warung kopi di kota Angin Mammiri ini. Diperkirakan jumlahnya sekitar ratusan. Tak heran jika Makassar disebut – sebut sebagai Kota 1000 warung kopi. Dari penelusuran Gosulsel.com, fenomena ini mulai terjadi sekitar tahun 2005. 

pt-vale-indonesia

Jika di Yunani punya agora, tempat untuk berkumpul bagi warga Atena untuk membicarakan segala hal di antaranya seni dan politik, maka Makassar punya warung kopi. Di warung kopi segala hal dibicarakan, baik itu hanya ajang kumpul – kumpul atau berubah ke arah yang lebih serius: misalnya politik dan isu kota. Warung kopi adalah tempat di mana tidak ada sistem kelas. Semuanya bercampur baur dengan pembahasan masing – masing.

Siang ini Oriza Coffee sedang lengang, hanya ada 4 orang yang sedang duduk dan sibuk di hadapan jajet. Kami pun mendekati seorang pengunjung, dia adalah Suban, mahasiswa di kampus STIMIK Dipanegara yang mengambil jurusan Sistem Informasi. Ia mengaku sering ke tempat ini untuk mengetik tugas akhir kuliah (skripsi). 

Mencari referensi lewat internet adalah salah satu alasan ia lebih memilih untuk menyelesaikan skripsi di Oriza, karena jaringan intrrnetnya yang bagus.

“Saya memilih waktu siang karena pengunjung cukup sepi dan memberikan ketenangan untuk mengetik. Saya memesan kopi susu untuk menemani siang ini” ungkap pria Ambon itu.

Ketika kami bertanya mengapa memilih kopi susu ia hanya tertawa dan mengatakan “Suka saja aroma kopi di sini.”

Mungkin bagi beberapa orang perihal meminum kopi adalah hanya sebagai kebiasaan. Tetapi sejarah membuktikan lain.

Kopi adalah pertarungan budaya dan kekuasaan. Amerika misalnya, mendeklarasikan warganya untuk berhijrah dari teh ke kopi dengan membuang kotak – kotak teh yang berasal dari inggris. Akibat perang candu antara teh dan kopi yang pada saat itu Inggris menguasai pasar teh Karena daerah jajahan Inggris merupakan penghasil teh.

Pada akhirnya kopi selalu punya cerita di balik nya, kopi bisa menjadi simbol perlawanan bagi beberapa orang. Mungkin warung kopi Oriza salah satunya, pemiliknya membangun sebuah warung kopi untuk mewadahi mahasiswa-mahasiswi dari berbagai kampus yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan.

Harganya pun cukup ramah di kantong mahasiswa. Segelas kopi susu yang harum dibanderol hanya Rp. 10 ribuan. Ubi goreng renyah cukup Rp. 12 ribuan, serta beberapa menu variatif lainnya.(*)